Abstrak


Analisis usahatani pepaya (carica papaya) di Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali


Oleh :
Risti Yulianingsih - H0814120 - Fak. Pertanian

Indonesia dikenal sebagai negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam buah-buahan yang terhampar di seluruh Nusantara. Salah satu yang terkenal adalah buah pepaya. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang membudidayakan tanaman pepaya. Kondisi iklim yang tepat membuat tanaman pepaya mudah dibudidayakan di Kabupaten Boyolali. Usahatani pepaya yang dilakukan merupakan usahatani skala kecil dengan rata-rata luas lahan sekitar 1.500 sampai dengan 2.000 m2. Selain itu, harga pepaya juga relatif rendah. Harga jual pepaya yaitu sebesar Rp.1.500 per kg. Biasanya tujuan petani dalam melakukan usahatani hanya sekedar mendapatkan keuntungan dari biaya pembelian bibit dan pupuk. Petani tidak memperhitungkan biaya-biaya yang tidak terlihat seperti biaya penyusutan alat dan biaya tenaga kerja dalam. Penelitian ini bertujuan menganalisis besar biaya, penerimaan, pendapatan, tingkat efisiensi dan tingkat risiko. Metode penelitian ini adalah deskriptif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive. Sampel responden berjumlah 30 petani yang diambil dengan metode accidental sample. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder, diambilpada bulan Januari 2019 dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan meliputi : (1) analisis biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani pepaya; (2) analisis efisiensi usahatani pepaya; (3) analisis resiko usahatani pepaya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani pepaya selama 2 tahun dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,162 Ha adalah Rp. 16.543.103 per UT atau Rp. 102.117.920 per Ha. Penerimaan total yang diperoleh sebesar Rp. 24.268.472 per UT atau sebesar Rp. 149.805.386 per Ha. Sehingga pendapatan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp. 7.725.369 per UT atau Rp. 47.687.466 per Ha. Nilai efisiensi sebesar 1,47 yang berarti usahatani telah efisien. Resiko usahatani ditunjukkan dalam nilai koefisien variasi sebesar 0,53 dan batas bawah sebesar Rp. -511.776 berarti usahatani pepaya memiliki kemungkinan resiko dengan tingkat kerugian sebesar Rp. 511.776 per UT/ 2 tahun. Saran yang dapat diberikan yaitu (1) petani sebaiknya mengoptimalkan input agar output yang didapatkan semakin besar sehingga kegiatan usahatani semakin efisien; (2) petani sebaiknya menjalin kerjasama dengan penjual tingkat akhir agar harga jual pepaya semakin tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani; (3) pemerintah daerah hendaknya melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada petani tentang budidaya pepaya yang baik dan benar taerutama pada penanggulangan hama kutu putih yang sangat meresahkan petani.