Abstrak
Imajeri Heroisme: Konformitas Antara Memori Dan Sosial Kognitif Dalam Menumbuhkan Empati Sejarah (Studi 4 SMA Di Kota Madya Semarang)
Oleh :
Ganda Febri Kurniawan - S861708008 - Sekolah Pascasarjana
Narasi sejarah kepahlawanan masih didominasi oleh keberadaan orang-orang besar. Selain itu, sejarah masih diajarkan dengan menitikberatkan pada aspek politik, sehingga hal ini membentuk konstruk berpikir yang lebih dekat dengan kultus daripada edukasi, padahal kepahlawanan tidak hanya sebatas itu, pahlawan memiliki pengertian yang luas dan khas, tetapi diktum yang disusun pemerintah telah membatasi kerangka kerja guru di dalam proses pengembangan dan internalisasi nilai-nilai kepahlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk: (i) mendeskripsikan pemahaman guru dan siswa tentang makna kepahlawanan; (ii) mendeskripsikan konformitas antara memori dan sosial kognitif siswa dalam proses pembelajaran sejarah bermuatan nilai-nilai kepahlawanan; dan (iii) menjelaskan apakah empati sejarah yang dimiliki oleh siswa dapat bertumbuh melalui proses konformitas antara memori dan sosial kognitif dalam pembelajaran sejarah bermuatan nilai-nilai kepahlawanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain etnografi kritis. Sumber data penelitian ini adalah 9 guru, 17 siswa, dokumen pembelajaran sejarah seperti Kurikulum, Buku Teks, RPP, dan Silabus, dan aktivitas sosial siswa. Model analisis data yang digunakan adalah model analisis data Creswell. Hasil penelitian ini adalah: (i) heroisme dalam pandangan guru dan siswa dimaknai secara politis dan elitis, hal ini disebabkan oleh konstruksi materi sejarah pahlawan yang didominasi orang-orang besar; (ii) konformitas antara memori dan sosial kognitif tercermin dalam empati sejarah dan sikap sosial yang dimiliki siswa; dan (iii) siswa lebih banyak berempati pada peristiwa masa lalu seputar perang juga tokoh-tokoh politik dan militer. Berkaitan dengan sejarah lokal, siswa tidak banyak berempati, hal inilah yang membuat kekayaan dan keberagaman sejarah lokal luntur dan hilang satu persatu. Ketidakhadiran sejarah lokal dalam kurikulum sejarah menjadi sebab utama siswa lebih berempati kepada orang-orang besar. Implikasi penelitian ini adalah kurikulum sejarah harus diisi dengan materi seputar sejarah lokal, dalam konteks kepahlawanan, materi pahlawan lokal penting diajarkan di sekolah. Untuk melakukan konformitas, guru perlu memanfaatkan media-media dan metode pembelajaran inovatif. Dan empati sejarah siswa dapat dipacu dengan memanfaatkan narasi sejarah alternatif