ABSTRAK
Kopi rakyat robusta di Jawa Timur memiliki luas areal 50.362 Ha atau sebesar 49,06 ?ri total luas 102.660 Ha,potensi yang demikian besar, untuk mengembangkannya dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan bidang yang menangani kopi untuk mengembangkannya.Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 produksi kopi rakyat Robusta mengalami kenaikan masing-masing sebesar 24.417 ton (46.759 Ha) , 26.673 ton (50.898 Ha), dan 27.427 ton (50.758Ha). Secara keseluruhan rata-rata produktivitas kopi Robusta mulai tahun 2009 sampai dengan 2014 sebesar 0,5295. Mengingat areal yang sangat luas, serta dengan produktivitas yang masih termasuk rendah, maka penelitian tentang potensi pasar yang meliputi daya saing, rantai nilai, perilaku konsumen, dan sikap konsumen kopi rakyat robusta di Jawa Timur ini sangat tepat sebagai upaya mencari jalan keluar untuk membantu petani kopi mulai hulu sampai hilir.
Tujuan penelitian ini, yaitu :1) menganalisis daya saing produk kopi rakyat robusta di Jawa Timur, 2) mengidentifikasi dan memetakan rantai nilai kopi rakyat Robusta di Jawa Timur, 3) menganalisis faktor-faktor (budaya, pribadi, psikologi, dan strategi bauran pemasaran) yang mempengaruhi perilaku konsumen kopi rakyat robusta, 4) menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap multiatribut kopi rakyat robusta.
Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Sebagai pertimbangan, kabupaten-kabupaten tersebut mempunyai areal perkebunan kopi rakyat robusta beroperasi mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Kabupaten Jember memiliki perkebunan kopi rakyat robusta seluas 12.910,71 Ha dengan rata-rata produksi 8.196,29 ton, Lumajang 5.095,71 Ha dengan rata-rata produksi 2.586,57 ton,dan Malang 6.649,60 Ha dengan rata-rata produksi 2.646,00 ton. Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui teknik observasi, wawancara yang mendalam, dan bantuan kuesioner yang telah disiapkan terhadap pihak-pihak yang dinilai menguasai permasalahan perkebunan dan industri pengolahan kopi. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku- buku dan sumber yang relevan dan terkait dalam penelitian ini. Untuk kepentingan pembahasan, data diolah dan dipaparkan berdasarkan prinsip-prinsip statistik deskriptif kuantitatif. Responden untuk setiap tahapan tujuan memiliki jumlah yang berbeda. Untuk daya saing jumlah responden sebanyak 300 orang dengan rincian masing-masing kabupaten sebanyak 100 responden, untuk rantai nilai sebanyak 90 orang dengan rincian setiap kabupaten sebanyak 30 responden, sedangkan untuk perilaku konsumen dan sikap konsumen jumlahnya sama yaitu sebanyak 180 orang dengan rincian setiap kabupaten sebanyak 60 responden.
Untuk mengetahui daya saing produk digunakan metode PAM (Policy Analysis Matrix) yang didalamnya terdapat DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) sebagai indikator keunggulan komparatif, juga terdapat PCR (Private Ratio Cost) sebagai indikator keunggulan kompetitif. Untuk menganalisis rantai nilai digunakan, konsep Value Chain Analysis (VCA) adalah bagaimana mengkoordinasikan semua pihak yang terlibat dalam suatu rantai nilai dan membagi informasi secara transparan di dalam rantai untuk memperoleh efisiensi proses aliran produk dan keuntungan yang adil bagi setiap pelakunya (Andri dan Stringer, 2010). Untuk menganalisis rantai nilai dilakukan kegiatan observasi dan survei untuk meninjau dan mengumpulkan informasi dari aktifitas jaringan rantai nilai produk olahan kopi. Analisis perilaku konsumen merupakan analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga (perilaku konsumen) dalam penelitian inin dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan piranti lunak (Soft Ware) Warp PLS 6.0 (Partial Least Squares). Analisis Sikap- Kepercayaan Konsumen, tujuan penelitian yang keempat yaitu menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut kopi rakyat olahan yaitu dengan mendiskripsikan hasil analisis sikap kepercayaan metode Fishbein yang telah ditabulasikan. Menurut Engel et al., (1995), model Fishbein menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap sebuah produk atau merek sebuah produk ditentukan oleh dua hal, yaitu kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk atau merek (komponen bi) dan evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei).
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan, mulai daya saing, rantai nilai, perilaku konsumen dan sikap konsumen, adalah sebagai berikut : Kopi rakyat robusta di Jawa Timur memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif karena mempunyai nilai yang lebih kecil daripada satu (DRCR = 0,3789; PCR = 0,4421) sedangkan dari aspek profitabilitas dapat dikatakan menguntungkan secara ekonomi dan finansial karena memberikan nilai keuntungan yang positif, akibat adanya distorsi perdagangan yang dilakukan pemerintah, petani kopi rakyat robusta di Jawa Timur memperoleh keuntungan privat sebesar Rp 25.036.650 per hektar. Nilai OT (Output Transfer) negatif 12.066.782; nilai IT (Input Transfer) negatif 1.681.982; nilai NT (Net Transfer) yang negatif 9.282.638; nilai NPCO (Nominal Protection Coefficient Output) 0,8087 dan NPCI (Nominal Protection Coefficient Input) 0,7845; nilai PC (Profitability Coefficient) 0,7295; nilai FT (Factors Transfer) pada usahatani kopi rakyat robusta sebesar negatif Rp 1.102.162per hektar dan nilai EPC (Efective Protection Coefficient) usahatani kopi rakyat robusta adalah sebesar 0,8121, nilai SRP (Subsidy Ratio to Producer) sebesar negatif 0,1472 yaitu kurang dari 1 (SRP < 1>
Hasil analisis pemetaan rantai nilai yang dilakukan terhadap pelaku usaha kopi rakyat Robusta olahan ada 6 (enam) aktor yang terlibat dalam rantai nilai, yaitu 1) petani, 2) Tengkulak, 3) Pedagang pengumpul, 4) Pedagang besar, 5) Pengolah biji kopi, dan 6) Konsumen. Adapun strategi peningkatannya melalui Product upgrading meliputi meningkatkan kuantitas dan kualitas buah kopi melalui pemeliharaan tanaman kopi yang lebih baik mulai pemberian pupuk kompos, pupuk NPK, serta pemangkasan cabang dan ranting, petik merah, sistem olah basah yang difermentasi. Process upgrading meliputi, peningkatan kualitas sumber daya manusia,pemeliharaan tanaman kopi yang terencana serta terjadwal dengan baik. Functional upgrading merupakan salah cara meningkatkan manfaat rantai nilai sebuah proses dengan meningkatkan rantai nilai tambah suatu produk. Chanel upgrading merupakan kondisi dimana suatu perusahaan memasuki satu atau lebih pasar sasaran dengan produk yang sama.
Hasil analisis pengaruh budaya (X1), pribadi (X2), pengaruh psikologi (X3), dan pengaruh bauran pemasaran (X4) terhadap Sikap (perilaku) konsumen (Y) didapatkan hasil pengaruh budaya, koefesian jalur sebesar 0,024 dan p = 0,371. Mengingat p lebih besar dari 0,05 maka dikatakan non siginifikan, sehingga hipotesis tersebut ditolak. Sebenarnya indikator-indikator penyusun konstruk budaya semuanya mempunyai nilai yang lebih besar daripada 0,5, yang artinya dapat digunakan mengukur konstruk budaya tersebut diantaranya tata nilai, kebiasaan dan budaya populer. Indikator-indikator yang membentuk konstruk pribadi/individu semuanya mempunyai nilai yang lebih besar dari 0,5 sehingga indikatornya dapat digunakan untuk mengukur konstruk individu/pribadi diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan serta gaya hidup konsumen. Pengaruh pribadi (X2) terhadap sikap (Y) dengan koefesian jalur sebesar 0,166 dan p = 0,011. Mengingat p lebih kecil dari 0,05 maka dikatakan siginifikan positif ( mengingat nilai koefisien path positif), sehingga hipotesis tersebut diterima.Indikator-indikator yang membentuk konstruk psikologi semuanya mempunyai nilai yang lebih besar dari 0,5 sehingga indikatornya dapat digunakan untuk mengukur konstruk psikologi diantaranya motivasi, persepsi, pengetahuan. Pengaruh psikologi (X3) terhadap sikap (Y) dengan koefesian jalur sebesar 0,352 dan p <0>
Analisis sikap kepercayaan konsumen terhadap kopi rakyat robusta olahan bahwa berdasarkan analisis multiatribut Fishbein maka atribut aroma memperoleh nilai yang tertinggi sebesar 1,254, kemudian diikuti atribut rasa dengan nilai sebesar 1,106, kemudahan memperoleh produk kopi sebesar 0,804, harga sebesar 0,739,diikuti disain kemasan sebesar 0,661. Selanjutnya atribut label pada urutan nomor enam dengan nilai sebesar 0,535, atribut merek sebesar 0,527, umur simpan 0,452, selanjutnya ukuran kemasan sebesar 0,077, sedangkan ketajaman warna kopi menempati urutan paling belakang dengan nilai sebesar 0,063. Melihat dari nilai yang didapatkan dari perhitungan ini, dapat dikatakan bahwa konsumen kopi rakyat robusta ini mengutamakan atribut aroma, rasa, kemudahan untuk memperoleh produk kopi, harga, serta disain kemasan. Sementara itu atribut yang lainnya seperti label, merek, umur simpan,ukuran kemasan dan ketajaman warna kopi masih belum menjadi pertimbangan yang utama dalam upaya untuk mendapatkan produk kopi.