;

Abstrak


Hubungan antara hiperferitinemia dan rasio free triiodotironin/reverse triiodotironin pada pasien talasemia beta mayor


Oleh :
Dessy - S971208002 - Sekolah Pascasarjana

Talasemia beta mayor (TBM) merupakan penyakit hemoglobinopati herediter, ditandai anemia (hipoksia), peningkatan radikal bebas, dan iron overload yang dapat mengakibatkan kerusakan hipofise, kelenjar tiroid dan gangguan metabolisme hormon tiroid. Gangguan tersebut akan menyebabkan hipotiroid tingkat seluler. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan hiperferitinemia dan rasio FT3/rT3 sebagai penanda hipotiroid tingkat seluler pada TBM.
Penelitian analitik observasional dengan pendekatan kohort retrospektif pada 50 pasien TBM
usia 5-17 tahun yang datang ke Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Moewardi (RSDM) di Surakarta pada Mei 2017. Data dianalisis dengan tabel 2x2 untuk menentukan risiko relatif tiap variabel, kemudian dilanjutkan analisis multivariat dengan regresi logistik. Nilai p<0>Prevalensi  penurunan  rasio  FT3/rT3  pada  pasien  TBM  dalam  penelitian  ini  adalah  88%. Analisis  multivariat  menunjukkan  bahwa  hiperferitinemia  tidak  berhubungan  bermakna  secara
statistik dengan penurunan rasio FT3/rT3 (RR=4,86; IK 95% 0,51-46,00; p-0,823), sedangkan umur
mempunyai hubungan signifikan dengan penurunan rasio FT3/rT3 (RR=55,14; IK 95% 1,30-233,60; p=0,036). Variabel hiperferitinemia, umur, lama sakit, jumlah transfusi, dan derajat anemia mempengaruhi penurunan rasio sebesar 72,70%.
Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara adanya riwayat hiperferitinemia dan penurunan rasio FT3/rT3. Diperlukan pemantauan rutin fungsi hormon
tiroid pada pasien TBM