;
Abstrak
Transportasi di Kota Surakarta memegang peran yang cukup vital sebagai sarana mobilitas penduduk. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, dan sebagai salah satu kota tujuan wisata, tentunya dituntut adanya transportasi yang baik dan memadai. Fenomena yang cukup menarik adalah hadirnya moda transportasi berbasis aplikasi (transportasi online) yang menimbulkan polemik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang konflik antara transportasi online dan transportasi konvensional di Kota Surakarta dalam perspektif Dynamic Governance, dan hambatan apa saja yang dihadapi selama proses resolusi konflik tersebut.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Surakarta dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan informan yang dipilih secara purposive. Validitas data menggunakan triangulasi metode dengan analisis data menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resolusi konflik antara transportasi online dan transportasi konvensional yang dilakukan telah sesuai dengan konsep Dynamic Governance, yang dilihat dari aspek budaya dan kemampuan yang dinamis. Budaya ditandai dengan adanya integritas, orientasi pasar yang berkeadilan, pragmatism (mudah menyesuaikan), dan relevance (kebijakan sesuai dengan masyarakat). Sedangkan kemampuan yang dinamis ditandai dengan thinking ahead, thinking again, dan thinking across. Kedua elemen budaya dan kemampuan yang dinamis sudah terpenuhi sebagai elemen penting Dynamic Governance. Salah satu bentuk resolusi konfliknya adalah bergabungnya transportasi konvensional kepada transportasi online. Temuan lain yakni belum adanya kerjasama yang merata dan pembagian wewenang yang jelas untuk masing-masing stakeholder.
Kata Kunci: Resolusi Konflik, Dynamic Governance, Transportasi Online
ABSTRACT
Transportation in Surakarta City plays a vital role as a vehicle for population mobility. As one of the big cities in Indonesia, and as one of the tourist destinations, of course, demand for good and adequate transportation is demanded. An interesting phenomenon is the presence of application-based transportation (online transportation) modes that cause polemics. Therefore this study aims to analyze the conflict between online transportation and conventional transportation in the city of Surakarta in the perspective of Dynamic Governance, and what obstacles are faced during the conflict resolution process.
This research was conducted in the Srakarta City area with a qualitative descriptive research method. Data collection techniques using observation, documentation, and interviews with informants selected purposively. Data validity using triangulation method with data analysis using interactive analysis models.
The results of the study show that the conflict resolution between online transportation and conventional transportation is in accordance with the concept of Dynamic Governance, which is seen from the aspect of culture and dynamic capabilities. Culture is characterized by the existence of Integrity, fair market orientation, pragmatism (easy to adjust), and relevance (policies in accordance with the community). Whereas dynamic capabilities are characterized by thinking ahead, thinking again, and thinking across. Both elements of organizational culture and dynamic capabilities have been fulfilled as prerequisites for Dynamic Governance. One form of conflict resolution is the joining of conventional transportation to online transportation. Another finding is the lack of equal cooperation and clear division of authority for each stakeholder.
Keywords: Conflict Resolution, Dynamic Governance, Online Transportation