Kota Surakarta telah mengalami peningkatan kejadian kebakaran setiap tahun. Terdapat 28 insiden pada tahun 2010, 37 insiden pada tahun 2011, 46 insiden pada tahun 2012, dan 65 insiden pada tahun 2013. Insiden kebakaran tertinggi tercatat pada 2017 dengan total 78 insiden. Untuk mengatasi meningkatnya insiden kebakaran ini, Pemerintah Surakarta berupaya memperbaiki sistem manajemen risiko bencana kebakaran yang ada. Pada tahun 2018 jumlah hidran di Surakarta telah meningkat menjadi 78 hidran. Selain itu, ada tambahan jumlah stasiun pemadam kebakaran dari 3 stasiun pemadam kebakaran menjadi 4 stasiun pemadam kebakaran di Kecamatan Sumber. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komponen manajemen risiko bencana kebakaran di Surakarta. Komponen tersebut adalah kesiapsiagaan, mitigasi, dan pencegahan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data Primer untuk menentukan persebaran dan lokasi komponen manajemen risiko bencana kebakaran, dan pengumpulan data sekunder untuk menentukan kualitas setiap komponen manajemen risiko bencana kebakaran. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial, analisis deskripsi, dan analisis skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas komponen manajemen risiko bencana kebakaran di Surakarta kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan kualitas dan kuantitas komponen manajemen risiko bencana kebakaran berada pada level rendah dan sedang. Pada komponen pencegahan peringatan dini di kota Surakarta masih minim, dan peraturan dalam lingkup kota belum diberlakukan. Pada komponen mitigasi terdapat sub komponen kualitas pasokan air, jumlah hidran yang dapat digunakan, peralatan di setiap pos pemadam kebakaran, dan responsnya masih dalam tingkat sedang karena belum mampu menjangkau kota. Selain itu, pada sub komponen informasi dalam bentuk peta berada pada level rendah, karena belum adanya peta risiko maupun peta persebaran proteksi kebakaran. Pada komponen kesiapsiagaan terdapat sub komponen Satlakar yang mendapatkan nilai tinggi dan dapat dikatakan efektif, namun pada sub komponen terkait pemahaman masyarkat umum masih berada pada level rendah. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya pengetahuan masyarakat terkait manajemen risiko bencana kebakaran.
Kata Kunci: Efektivitas, Kesiapsiagaan, Mitigasi, Pencegahan.