;

Abstrak


Strategi Pengemasan Pesan Dakwah Kultural Muhammadiyah (Studi Kasus Pengemasan Pesan Dakwah Kultural Muhammadiyah di Pertunjukan Wayang Dakwah di PKU Muhammadiyah, Film Nyai Ahmad Dahlan dan World Peace Forum)


Oleh :
Arina Nurrohmah - S221308011 - Sekolah Pascasarjana

Untuk  merubah dan  mentralkan sikap  dan pemikiran tentang  Muhammadiyah  yang dianggap anti budaya dan cenderung kaku, sepeninggalnya KH. Ahmad Dahlan, Maka pada Tanwir Muhammadiyah di Bali, disusul Tanwir dan Muktamar di Makassar dan disepakati pengukuhan dakwah kultural sebagai salah satu pendekatan dakwah dalam penanaman  nilai-nilai  Islam  dan  pemberdayaan  masyarakat  oleh  Muhammadiyah. Maka, penelitian ini dibuat untuk mengetahui pola aliran informasi komunikasi dakwah kultural Muhammadiyah apakah sama dengan dakwah kultural Walisongo dan NU.

Penelitian ini pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi kasus deskriptif. Dimana laporan yang diperoleh dari lapangan nantinya, baik itu dari hasil wawancara, dokumentasi maupun observasi dijabarkan secara diskriptif.

Dari hasil penelitian strategi  pengemasan pesan dakwah Muhammadiyah melalui tiga sampel kasus yakni Wayang dakwah, Film Nyai Ahmad Dahlan, dan Dokumentasi World   Peace   Forum   ke-6.   Pengemasan   pesan   dari   Andrik   Purwasito   mampu memberikan gambaran dan membantu proses pengemasan pesan dakwah kultural Muhammadiyah hingga diterima masyarakat. Tak hanya itu, penelitian ini membuktikan teori komunikasi yang menyebutkan dalam kondisi tertentu komunikan dapat bertukar peran komunikator  ketika Muhammadiyah di tataran bawah  menyalurkan  informasi keislaman dengan pendekatan kultural di daerah. Ada lima strategi dakwah kultural yakni: (dakwah kultural melalui budaya lokal, dakwah kultural dalam konteks budaya global, dakwah kultural melalui apresiasi seni, dakwah kultural melalui multimedia, dakwah kultural melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah),yang harus menjauhkan dari musrik, bid’ah dan khurafat serta  harus melakukannya berdasarkan norma dalam menikmati dan  menciptakan  seni  untuk  berdakwah  yakni:  fasad  (kerusakan),  darar (bahaya), ‘isyan (kedurkaan), dan ba’id ‘anillah (keterjauhan dari Allah). Penelitian ini juga membuktikan dakwah kultural yang diusung Muhammadiyah telah mencakup cakupan yang lebih luas yang sesuai dengan budaya masyarakat modern, dibandingkan dengan dakwah kultural Walisongo yang waktu itu masyarakatnya masih tradisionil.