Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Perkembangan batik yang diakui oleh UNESCO telah merambah di seluruh Nusantara dan menjadi karya budaya yang
mewakili identitas Indonesia di mata dunia. Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda (The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity). Industri batik Indonesia dinilai telah menguasai pasar dunia sehingga mampu menjadi penggerak bagi perekonomian nasional. Meningkatnya peminat batik harus diiringi dengan kemajuan teknologi dalam peralatan proses pembuatan batik.
Ramadhani dan Ratna, 2018 telah membuat alat ekstraktor-evaporator dengan kapasitas 15 L, yang dapat memproduksi zat warna alami sebanyak 18 L/hari, dan menghasilkan kain batik sebanyak 6 kain/hari. Namun, kapasitas alat tersebut masih kurang jika diterapkan dalam skala UMKM. Untuk itu, pada tugas akhir ini dirancang alat ekstraktor-evaporator zat warna alami yang dapat diaplikasikan oleh UMKM Kelompok Sanggar Batik Mekar Canting, Kampung
Laut binaan PT. Pertamina RU IV Cilacap.
Alat ekstraktor-evaporator zat warna alami yang dibuat terdiri atas tiga bagian utama. Bagian pertama adalah tangki dengan volume 25 L berbahan dasar Stainless Steel (SS) 304 dengan diameter 25 cm dan tinggi 50 cm. Bagian kedua adalah pengaduk yang terbuat dari Stainless Steel dengan diameter 7,5 cm berfungsi untuk mengaduk bahan saat proses ekstraksi berlangsung dan memperbesar kontak antara bahan dengan pelarut menjadi semakin besar. Pengaduk digerakkan oleh motor ¼ HP dengan sistem transmisi pulley. Pulley terbuat dari bahan baja dengan
pulley pengaduk berdiameter 35 cm, dan pulley motor berdiameter 9 cm. Panjang belt 235 cm terbuat dari bahan karet. Bagian ketiga adalah rangka alat yang terbuat dari besi dengan dimensi total 80 cm x 40 cm x 100 cm berfungsi sebagai penyangga tangki ekstraktor-evaporator dan rangkaian pengaduk.
Hasil pengujian alat ekstraktor-evaporator menghasilkan konsentrat zat warna alami kulit kayu tingi sebanyak 5 L, buah mangrove sebanyak 6,2 L, dan pelepah pisang sebanyak 8,5 L. Kebutuhan gas LPG masing-masing bahan sebesar 0,31 kg, 0,305 kg, dan 0,345 kg. Kondisi operasi dengan suhu 98C dan tekanan 1,03 bar.
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk produksi kain batik dengan menggunakan alat ekstraktor-evaporator sebesar Rp. 490.182.400,00, depresiasi alat sebesar Rp. 4.087,27/ hari, harga jual produk sebesar Rp. 250.000/ kain batik, maka didapatkan keuntungan penjualan kain batik sebesar Rp. 795.104,13/ hari dengan produksi kain batik 8 kain/ hari dan BEP sebesar 56,75%.