Abstrak


Pengembangan model penilaian autentik integratif keterampilan berbahasa Indonesia di SMA


Oleh :
Adnan - T841408001 - Sekolah Pascasarjana

ABSTRAK
Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan untuk mengukur
kecakapan berbahasa siswa baik secara tertulis maupun secara lisan sesuai dengan
konteks komunikasi. Penilaian dalam pembelajaran bahasa harus mencerminkan
kecakapan berbahasa siswa secara nyata. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mendeskripsikan model-model penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMA saat ini; (2) mendeskripsikan kebutuhan guru tentang pentingnya model
penilaian autentik integratif keterampilan berbahasa Indonesia dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA; dan (3) mengembangkan model penilaian
autentik integratif keterampilan berbahasa Indonesia di SMA.
Penelitian pengembangan model penilaian autentik integratif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia ini menggunakan prosedur pengembangan 4D
yang dikemukakan Thiagarajan, Dorothy & Melvin (1974), yang mecakup tahap
define, tahap design, tahap develop, dan tahap dessiminate. Pada tahap define
dilakukan eksplorasi model-model penilaian dalam pembelajaran bahasa
Indonesia saat ini dan analisis kebutuhan pengembangan model penilaian autentik
integratif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pada tahap design disusun
perencanaan pengembangan, menyusun spesifikasi produk, dan mengkaji literatur
yang relevan. Pengembangan model dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi
(a) penyusunan draf awal model, (b) lokakarya draf model, (c) validasi pakar, dan
(d) uji coba model. Diseminasi dilakukan melalui publikasi ilmiah dan penyebaran
model penilaian autentik integratif kepada pengguna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model penilaian yang digunakan
guru bahasa Indonesia adalah model tes dan nontes. Penilaian model tes dilakukan
guru dengan menggunakan instrumen penilaian berbentuk tes yaitu soal uraian
dan soal pilihan ganda. Guru menggunakan soal uraian dan soal pilihan ganda
pada penilaian keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Penilaian dengan model nontes dilakukan guru melalui penerapan penilaian unjuk
kerja dan penilaian produk. Guru menggunakan penilaian unjuk kerja dan
penilaian produk pada penilaian keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Guru juga menilai sikap siswa dalam pembelajaran. Namun, guru
tidak dapat menerapkannya secara baik karena tidak menggunakan rubrik
penilaian; (2) guru belum memiliki pemahaman yang memadai tentang penilaian
autentik dan penilaian integratif. Guru masih menggunakan soal uraian dan soal
pilihan ganda pada penilaian keterampilan padahal secara konseptual soal uraian
ataupun soal pilihan ganda tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan
berbahasa khususnya keterampilan menulis dan keterampilan berbicara. Guru
membutuhkan model penilaian autentik integratif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia; dan (3) model penilaian autentik integratif secara konseptual dan
secara empiris layak digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat
menerapkan model penilaian autentik Integratif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.