Abstrak


Asosiasi antara bising kontinyu industri tekstil dengan kualitas hidup tenaga kerja di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta


Oleh :
Sumardiyono - T731408002 - Sekolah Pascasarjana

Lingkungan hidup adalah keseluruhan alam beserta isinya yang merupakan konsep holistik yang disebut sebagai ABC lingkungan (Abiotic, Biotic, and Culture environment). Lingkungan hidup yang dibuat oleh manusia dinamakan lingkungan buatan, salah satunya adalah industri. Keberadaan industri, selain menguntungkan juga dapat merugikan misalnya pencemaran lingkungan dan risiko bahaya penyakit akibat kerja. Salah satu faktor bahaya penyakit akibat kerja di industri adalah bising. Bising di industri tekstil termasuk kategori bising kontinyu.  Bising kontinyu di industri tekstil merupakan stresor yang berbahaya bagi kesehatan pekerja.
Bising direspon sebagai stres. Stres merupakan respon tubuh terhadap stresor psikososial baik dari internal maupun eksternal serta masalah lainnya dalam kehidupan. Stres pada individu dapat berdampak pada fisik (fisiologis), psikologis (emosional), dan perilaku. Dampak stres terhadap kesehatan antara lain kenaikan kadar gula darah dan kenaikan tekanan darah yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup. Indikator untuk mengetahui terjadinya stres kerja pada pekerja dapat diketahui melalui pemeriksaan kadar hormon kortisol dan penggunaan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh bising kontinyu terhadap kualitas hidup melalui variabel mediator stres kerja, kadar gula darah, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah pekerja industri tekstil PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Analisis pada rancangan penelitian ini melalui tiga tahapan, yaitu: 1) Analisis untuk membuktikan terlebih dahulu bahwa bising kontinyu industri tekstil direspon pekerja sebagai stres kerja, melalui pengukuran kadar hormon kortisol dan penggunaan kuesioner DASS-42. Analisis pertama ini untuk menunjukkan bahwa bising direspon sebagai stres oleh pekerja, dimana pada paparan bising melebihi nilai ambang batas akan memberikan dampak yang lebih berat dibanding dengan paparan bising yang kurang dari nilai ambang batas. Analisis pertama menggunakan Anova Test; 2) Analisis hubungan kebisingan kontinyu dengan kualitas hidup, melalui variabel mediator stres kerja, kadar gula darah, dan tekanan darah. Analisis kedua menggunakan Path Analysis; 3) Analisis untuk menentukan batas intensitas bising yang aman terhadap penurunan kualitas hidup. Analisis ketiga menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.
Rumus perhitungan sampel minimal dengan menaksir beda antara dua mean dari dua populasi, maka diperoleh jumlah subjek penelitian sebanyak 75 orang yang dibagi menjadi 3 kelompok paparan bising kontinyu untuk tujuan analisis pertama penelitian ini.  Selanjutnya, analisis kedua menggunakan jumlah subjek sebanyak 300 orang untuk menganalisis hubungan bising kontinyu dengan kualitas hidup. Variabel mediator pada analisis kedua ini adalah stres kerja, kadar gula darah, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik. Jumlah subjek sebanyak 300 orang sekaligus digunakan untuk analisis ketiga, yaitu menentukan batas aman paparan bising terhadap kualitas hidup.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter, stres kerja diukur menggunakan kadar hormon kortisol dan kuesioner DASS-42, kadar gula darah diukur menggunakan HbA1c meter, tekanan darah diukur menggunakan Sfignomanometer beserta perlengkapannya, sedangkan kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner SF-36. Kuesioner SF-36 mengukur kualitas hidup dari dimensi fisik dan dimensi mental melalui 8 aspek yang menyangkut fungsi fisik, peran fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi sosial, energi, peran emosi dan kesehatan mental.     
Hasil penelitian pada analisis pertama menunjukkan rerata kadar hormon kortisol dan rerata skor stres kerja menggunakan kuesioner DASS-2 pada kelompok paparan melebihi nilai ambang batas lebih tinggi secara signifikan dibanding kelompok paparan bising lebih rendah (p<0>Kebaharuan hasil penelitian ini berupa temuan bahwa kebisingan kontinyu terbukti dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pekerja industri tekstil; Mekanisme penurunan kualitas hidup karena paparan bising kontinyu dijelaskan melalui status kesehatan dengan indikator meningkatnya hormon kortisol, meningkatnya kadar gula darah, dan meningkatnya tekanan darah; dan temuan batas aman bising kontinyu terhadap penurunan kualitas hidup pekerja dengan intensitas 91,4 dBA.   
Untuk menurunkan risiko bising terhadap gangguan kesehatan dan kualitas hidup, maka perusahaan sebaiknya segera melakukan tindakan pengendalian kebisingan melalui hearing conservation program untuk mereduksi intensitas kebisingan yang diterima pekerja melalui pengendalian secara teknik, pengendalian secara administratif, dan pemakaian alat pelindung pendengaran bagi para pekerja.

Kata kunci: Bising kontinyu, Stres Kerja, Kualitas hidup, Tenaga kerja