;
Pendahuluan: Permasalahan penanggulanan tuberkulosis (TB) semakin kompleks dengan adanya resistensi kuman MTb terhadap OAT yang disebut MDR-TB.Polimorfisme gen IL-10-1082G/A berhubungan dengan sekresi interleukin 10 (IL-10) sebagai sitokin anti-inflamasi turut berperan dalam patogenesis infeksi MDR-TB. Tatalaksana MDR-TB menggunakan obat anti TB (OAT) aminoglikosida menimbulkan efek ototoksisitas sehingga terjadi ketulian. Peran protektif IL-10 dari genotip IL-10-1082G/A terhadap ketulian akibat OAT kanamisin masih menjadi kontroversi.
Metode: Studi kohort retrospektif pada penderita MDR-TB yang berobat di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari tahun 2011-2015.
Hasil: Subjek penelitian 81 penderita MDR-TB dengan polimorfisme genotip IL-
10-1082G/A. Proporsi polimorfisme genotip IL-10-1082G/A genotip AA 9,9%, GG 4,9%, dan GA 69%. Penderita MDR-TB dalam terapi OAT kanamisin yang mengalami ketulian 55,5% dengan p=0.899 tidak bermakna secara statistik. Derajat audiometri telinga kanan p=0,375 sedangkan telinga kiri p=0,416 menunjukan tidak terdapat hubungan bermakna dengan polimorfisme genotip IL-
10-1082G/A. Rerata onset ketulian ketiga kelompok polimorfisme yaitu
2,51±2,88 bulan setelah mendapatkan injeksi aminoglikosida tidak bermakna secara statistik p=0,758 dengan polimorfisme genotip IL-10-1082G/A. Polimorfisme genotip GA (55,1%) cenderung mengalami ototoksisitas lebih rendah dibandingkan genotip AA (62,5%). Genotip GA menunjukkan efek protektif terhadap ketulian dibanding genotip lain.
Kesimpulan: Polimorfisme genotip IL-10-1082G/A tidak berhubungan dengan proteksi terhadap ketulian akibat injeksi kanamisin pada tatalaksana MDR-TB. Derajat audiometri dan onset ketulian tidak berhubungan dengan polimorfisme genotip IL-10-1082G/A. Genotip GA menunjukan efek protektif terhadap ketulian dibanding genotip lain.