Abstrak


Perbandingan Penerapan Inquiry Based Learning pada Pembelajaran Sains SMP di Thailand dan Indonesia


Oleh :
Citra Mashita - K4313025 - Fak. KIP

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan: (1) penerapan inquiry based learning (IBL) pada kurikulum sains SMP di Thailand dan Indonesia; (2) persepsi guru-guru tentang sains dan pembelajaran sains terhadap IBL; (3) penerapan IBL pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sains; serta (4) penerapan IBL pada asesmen pembelajaran sains.
Metode penelitian adalah penelitian perbandingan. Subjek penelitian dipilih secara convenience sampling, meliputi guru dan siswa kelas 1, 2, dan 3 Chiang Rai Municipality School 6, serta guru dan siswa kelas VIII-F SMP Negeri 4 Surakarta, yang terlibat dalam Sea-Teacher Project. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen kurikulum, silabus, RPP, dan asesmen pembelajaran sains, wawancara kepada guru-guru, serta observasi pelaksanaan pembelajaran sains. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis holistik. Analisis dokumen kurikulum berdasarkan ruang lingkup, tujuan, dan learning area sains, serta alokasi waktu belajar sains di kedua negara. Hasil wawancara dianalisis berdasarkan konsep sains dan pembelajaran sains berbasis IBL. Silabus dianalisis berdasarkan penyusun, sedangkan kegiatan pembelajaran dalam RPP dianalisis berdasarkan sintaks IBL menurut Pedaste et al. Hasil observasi aktivitas pembelajaran dianalisis menggunakan model instruksional umum pembelajaran sains 5E Lin et al. dan Duran  & Duran,  serta  level  of  inquiry  yang dikemukakan  oleh  Tafoya  et  al. Asesmen dianalisis menggunakan asesmen berbasis IBL dan tingkatan kognitif perbaikan taksonomi Bloom menurut Anderson & Krathwohl.
Hasil penelitian menunjukkan adanya adopsi dan penerapan IBL pada pendidikan sains di kedua sekolah: (1) kurikulum sains di kedua negara menerapkan IBL, mencakup ilmu Biologi, Fisika, Kimia, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, serta Sains dan Teknologi; (2) guru-guru memiliki persepsi bahwa sains meliputi proses, sikap, dan produk, serta berdampak terhadap konservasi alam dan kelangsungan hidup manusia; (3) kegiatan pembelajaran sains di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menunjukkan  kesamaan  dengan  sintaks  IBL, pelaksanaan pembelajaran sains berada pada tingkatan structured inquiry; (4) asesmen pembelajaran sains didominasi oleh dimensi pengetahuan konseptual, dengan dimensi proses kognitif yang berbeda. Sekolah Thailand memiliki tingkatan lebih tinggi yaitu C3 (mengaplikasikan), sedangkan Indonesia didominasi oleh soal C1 (mengingat).

Kata Kunci : perbandingan, inquiry based learning, pembelajaran sains, Thailand, Indonesia