Abstrak
Latar Belakang : Lingkungan kerja panas dapat menyebabkan tubuh berkeringat guna menurunkan suhu tubuh hingga temperature normal yaitu 37oC. pengeluaran keringat berlebihan tanpa diiringi asupan air yang cukup dapat mengakibatkan dehidrasi. Gejala yang dapat muncul seseorang konsumsi airnya kurang antara lain haus, pusing, jumlah urin berkurang, berwarna gelap, sembelit serta kulit kering. Selain itu kurangnya air ke otak dapat menyebabkan penurunan fokus, daya ingat, brain fatigue, brain fog, seperti sakit kepala atau gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah konsumsi air minum dengan status hidrasi dan tingkat konsentrasi.
Metode : Jenis penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Bertempat di Bagian PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar. Populasi berjumlah 38 orang. Sampel diambil menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini checklist jumlah konsumsi air minum, berat jenis urin (BJU) status hidrasi, concentration grid exercise test tingkat konsentrasi. Analisis bivariat variabel jumlah konsumsi air minum dengan status hidrasi menggunakan uji Spearman’s rho dan variable jumlah konsumsi air minum dengan tingkat konsentrasi menggunakan uji Pearson.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan konsumsi air minum responden rata-rata sebanyak 1651 ml.
Simpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi air minum dengan status hidrasi dan tingkat konsentrasi.
Kata Kunci : Jumlah Konsumsi Air Minum, Status Hidrasi, Tingkat Konsentrasi