;
Latar Belakang: Perkembangan pada anak terjadi sekali selama periode hidupnya. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa bahkan dapat menetap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa.
Subjek dan Metode: Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di 25 Posyandu di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada Maret-April 2019. Sampel 225 balita dipilih secara fixed exposure sampling. Variabel terikat: keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Variabel bebas: pendapatan, pekerjaan, status gizi, berat badan lahir (BBL), riwayat toxoplasma, rubella, CMV, dan herpes (TORCH), riwayat infeksi, penggunaan gadget, bahasa, frekuensi ke posyandu, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pengumpulan data keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa menggunakan Denver II dan kuesioner untuk variabel lainnya. Analisis data menggunakan uji regresi logistik ganda multilevel.
Hasil: Pendapatan keluarga tinggi (b=-1.49; 95% CI=-2.83 hingga -0.15; p=0.029), BBL (?2500 g) (b=-2.15; 95% CI=-3.92 hingga -0.38; p=0.017), ibu bekerja di luar rumah (b=-
1.29; 95% CI= -2.47 hingga -0.122; p=0.030, status gizi baik (b=-1.50; 95% CI=-2.97 hingga -0.02; p=0.049), satu bahasa (b= -0.56; 95% CI=-1.80 hingga 0.68; p=0.378),
kunjungan posyandu tiap bulan (b=-1.34; 95% CI=-2.58 hingga -0.11; p=0.033), dan
PAUD (b=-1.55; 95% CI=-2.82 hingga -0.2; p=0.016) menurunkan risiko keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Riwayat TORCH (b=1.77; 95% CI=0.53 hingga 3.02;
p= 0.005), riwayat infeksi balita (b=0.89; 95% CI=-0.32 hingga 2.21; p=0.149), jumlah
anak (> 2) (b=1.25; 95% CI=0.40 hingga -2.46; p=0.043), dan penggunaan gadget
(b=1.33; 95% CI=0.07 hingga 2.59; p=0.038) meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Posyandu memiliki pengaruh kontektual terhadap keterlambatan bicara dan bahasa (ICC = 9%).
Kesimpulan : Pendapatan keluarga tinggi, BBL (?2500 g), ibu bekerja di luar rumah, status gizi baik, satu bahasa, kunjungan posyandu tiap bulan, dan PAUD menurunkan
risiko keterlambatan bicara dan bahasa. Riwayat TORCH, riwayat infeksi balita, jumlah anak (>2), dan penggunaan gadget meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan
bicara dan bahasa.
Kata kunci: Perkembangan bicara dan bahasa, kontekstual posyandu, analisis multilevel