;
Abstrak
Pondok Pesantern adalah salah salah satu alternatif menempuh pendidikan di Indonesia. Jenis Pondok Pesantren pun beragama. Ada Pondok Pesantren yang masih tradisional ada yang modern dan ada pula yang campuran. LDII memiliki pondok modern satu-satunya lengkap dengan fasilitas sekolah formalnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis modernisasi pondok yang terjadi di Pondok Pesantren Gading Mangu Perak Jombang; menganalisis pola internalisasi nilai-nilai agama dalam pendidikan di pesantren sehingga dapat bertrasmisi atau mereproduksi diri dari zaman ke zaman; menganalisis hasil internalisasi yang sudah dilakukan kepada para santri atau alumni dari Pondok Pesantren Gading Mangu Perak Jombang. Penelitian menggunakan teori Peter L internalisasi dan juga modernisasi. Untuk memperuncing kajian sosiologi, juga digunakan teori modernisasi pondok pesantren dari pemikiran Dhofier. Jenis penelitian ini adalah studi kasus karena penelitian ini menjabarkan kekhasan modernisasi dalam Pondok Pesantren Gading Mangu dengan perkembangan modernisasi yang terjadi ditengah stigma negatif yang dialaminya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif sebagai basic research yang mengisyaratkan penelitian kualitatif sebagai proses interaktif. Untuk dalam pengumpulan data dirasa cukup apabila sudah mencapai data jenuh. Hasil dari penelitian ini adalah internalisasi nilai LDII di Pondok Pesantren Gading Mangu. Modernisasi pendidikan di pesantren tergambarkan jelas dalam program yang diterapkan oleh pihak Pondok Pesantren. Hal ini dapat dilihat dari kurikulum pondok prantren dan sekolah formal, ekstrakulikuler, dan juga sarana prasarana. Sosialisasi yang dilakukan tidak terlepas dari orang-orang yang berpengaruh dalam menanamkan nilai kepada individu. Dalam sosialisasi primer bahasa adalah hal penting yang harus diterapkan karena untuk melanjutkan sosialisasi diperlukan kemampuan atau ciri bahasa yang sama dengan lingkunganya. Nilai-nilai yang didapat kemudian diidentifikasi oleh individu untuk selanjutnya ditiru. Disini santri mulai melakukan pelembagaan ditandai dengan adanya sanksi ringan yang disampaikan kepada temannya juga bertindak tidak sesuai dengan nilai yang sudah disosialisasikan. Terakhir adalah tahapan penentuan identitas yang dapat menentukan suatu sosialisasi berhasil atau gagal. Sosialisasi berhasil ditandai dengan santri atau bahkan alumni menganggap bahwa LDII adalah suatu kebenaran mutlak meskipun di masyarakat banyak anggapan bahwa LDII adalah aliran yang sesat. Sebaliknya santri atau alumni gagal menerima sosialisasi ketika ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari LDII atau menerima dikatan murtad.
Keyword : Modernisasi, Pendidikan Islam, Internalisasi Nilai, Pondok Pesantren