Abstrak
Pemanfaatan kulit pisang sebagai bahan pembawa inokulum bakteri pelarut fosfat
Oleh :
Ina Nilaning Tyas - H0203044 - Fak. Pertanian
ABSTRAK
Fosfat di dalam tanah bersenyawa dalam bentuk Al-P, Fe-P, Ca-P dan Occluded-P menyebabkan pupuk P yang diberikan menjadi tidak efisien. Kekurang efisien penggunaan pupuk ini dapat diatasi dengan memanfaatkan mikrobia pelarut P sebagai pupuk hayati. Aplikasi BPF untuk tujuan pemupukan tanaman membutuhkan suatu bahan pembawa. Banyak bahan pembawa yang biasa digunakan, salah satunya adalah kulit pisang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kulit pisang sebagai bahan pembawa inokulum BPF dan mengetahui karakteristik pertumbuhan BPF pada bahan pembawa kulit pisang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2007, bertempat di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Biologi Tanah, dan Ruang Isolasi dan Inkubasi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini merupakan penelitian destruktif yang pendekatan variebelnya melalui suatu percobaan dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial yang terdiri dari 3 faktor. Adapun faktornya adalah sebagai berikut: faktor 1: bahan pembawa (C), C1: kulit pisang 120 g; C2: kulit pisang 90 g+Zeolit 30 g; dan C3: kulit pisang 60 g+Zeolit 60 g. Faktor 2: macam Inokulum (I), I1: Pseudomonas putida dan I2: Bacillus megatherium. Pemberian inokulum BPF sebanyak 1,5x105 CFU/g bahan pembawa. Faktor 3 : waktu Inkubasi (T); T1: Minggu ke-2; T2: Minggu ke-4; dan T3: Minggu ke-6, jadi diperoleh 18 x 3 kombinasi perlakuan. Variabel yang diamati adalah jumlah BPF, pH H2O, P total, C-organik, dan diameter zone bening. Data dianalisis dengan uji F taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan, analisis DMRT untuk membandingkan rerata antar kombinasi perlakuan dan uji korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan antar perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang kurang baik sebagai carrier BPF karena hanya mampu mempertahankan jumlah populasi BPF tertinggi hingga minggu ke-4 dan setelah itu mengalami penurunan. Pseudomonas putida menunjukkan viabilitas yang lebih baik bila dibanding Bacillus megatherium pada semua macam carrier yang mengandung kulit pisang. Peningkatan jumlah koloni BPF diikuti oleh peningkatan diameter zone bening. Rata-rata diameter zone bening Pseudomonas putida adalah 0,63 mm dan Bacillus megatherium adalah 0,58 mm.
Kata kunci : kulit pisang, Bakteri Pelarut Fosfat, carrier,dan zeolit