Abstrak


Analisis Usaha Dan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Budidaya Karamba Jaring Apung Di Kabupaten Wonogiri


Oleh :
Prima Puspita Sari - H0815097 - Fak. Pertanian

Teknik karamba jaring apung merupakan salah satu teknik budidaya ikan yang  cocok  untuk  diterapkan  di  perairan  umum,  seperti  di  Waduk  Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri. Pengembangan budidaya karamba jaring apung memiliki dampak positif dan negatif. Budidaya KJA dapat mendorong produksi perikanan budidaya, mengurangi jumlah pengangguran, dan meningkatkan pendapatan  daerah.  Disisi  lain,  perkembangan  budidaya  yang  tidak  terkontrol akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas perairan. Oleh karena itu diperlukan upaya preventif sehingga KJA yang beroperasi di Waduk Gajah Mungkur dapat berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar biaya,  penerimaan,  pendapatan  bersih,  dan  efisiensi;  mengetahui  faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan bersih; mengidentifikasi kondisi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), dan merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis budidaya karamba jaring apung di Kabupaten Wonogiri.
Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Metode pengambilan lokasi dilakukan  secara  purposive.  Jumlah  sampel  yang  diteliti  sejumlah  51  orang dengan   metode   Simple   Random   Sampling   dan   metode   purposive   untuk menentukan key informant. Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer   dan   data   sekunder.   Teknik   pengumpulan   data   dengan   observasi, wawancara, pencatatan, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan meliputi: (1) Analisis Biaya dan Pendapatan; (2) Analisis regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan software SPSS 16.0: (3) Analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah petak karamba jaring apung yang  diteliti  adalah  37  petak  atau  rata-rata  volume  KJA  sebesar  1.896  m3. Besarnya biaya budidaya karamba jaring apung di Kabupaten Wonogiri dalam satu periode selama 4 bulan yaitu sebesar Rp 335.909.703,00, penerimaan sebesar Rp 450.118.300,00 dan pendapatan sebesar Rp 114.124.120,00 sehingga dapat dikatakan  menguntungkan.  Tingkat  efisiensi  usaha  adalah  sebesar  1,34  yang berarti efisien sehingga budidaya karamba jaring apung di Kabupaten Wonogiri layak diusahakan. Biaya benih berpengaruh positif dengan pendapatan bersih (signifikansi 0,019); biaya pakan berpengaruh positif dengan pendapatan bersih (signifikansi   0,014);   dan   biaya   tenaga   kerja   berpengaruh   positif   dengan
pendapatan bersih (signifikansi 0,004). Faktor internal yang menjadi kekuatan utama adalah kontinuitas hasil produksi ikan nila dengan skor   0,440 dan yang menjadi keemahan utama adalah petani masih bergantung pada pakan pabrikan dengan skor 0,061. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah permintaan ikan nila semakin meningkat dengan skor 0,436 dan yang menjadi ancaman utama adalah hasil panen sangat bergantung pada alam dengan skor
0,429.  Alternatif  strategi  pengembangan  budidaya  karamba  jaring  apung  di

Kabupaten Wonogiri adalah: (1)   menjaga kualitas dan kontinuitas hasil panen ikan nila untuk memenuhi permintaan pasar; (2) Menjalin mitra dengan konsumen untuk mempermudah pemasaran hasil panen ikan nila; (3) mengaktifkan kembali kelompok tani untuk mempermudah akses informasi, pasar, permodalan, bahan input, dan teknologi; (4) melakukan pelatihan dan pengembangan produk olahan ikan nila untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani; (5) mengusulkan kepada instansi terkait tentang pemantauan kualitas air secara rutin pada zona KJA; (6) mengoptimalkan ketersediaan bahan input dengan menjalin hubungan kemitraan dengan pemasok agar biaya input dapat ditekan; (7) mengusulkan kepada instansi terkait  tentang penetapan kebijakan peraturan dan izin usaha KJA agar perkembangan KJA dapat terpantau; (8) mengusulkan pelatihan kepada instansi terkait tentang pelatihan manajemen pakan, keuangan, daya saing dan adopsi teknologi untuk memperbaiki kualitas SDM dan meningkatkan keterampilan; (9) mengusulkan pelatihan kepada instansi terkait tentang pelatihan pembuatan pakan berkualitas, murah, dan ramah lingkungan; (10) mengusulkan penyuluhan kepada instansi terkait tentang terkait dengan antisipasi pergantian musim atau pancaroba.