;
Agar subtitle film dapat dijadikan acuan dari penggambaran budaya tertentu, penting untuk menjaga integritas pesan yang disampaikan dalam konteks sosial masyarakat teks sumber. Kualitas terjemahan dapat dinilai pada beberapa tingkatan mulai dari kata, frasa, kalimat, maupun tingkatan yang lebih luas seperti pada peristiwa tutur dengan melihat kesepadanan pada elemen penyusunnya (genre) yaitu tindak tutur. Peristiwa tutur bertengkar adalah salah satu peristiwa tutur yang menarik untuk diteliti karena sifatnya yang tidak baku dan cenderung emosional yang memungkinkan genre yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi jenis tindak tutur yang muncul dalam peristiwa tutur bertengkar yang muncul dalam film Ted 2, 2) menguraikan teknik penerjemahan yang digunakan dalam proses menerjemahkan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur pada peristiwa tutur bertengkar dalam subtitle film Ted 2, 3) menjelaskan dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap pergeseran tindak tutur dalam peristiwa tutur bertengkar yang muncul pada subtitle film Ted 2, 4) mengetahui kualitas terjemahan pada tataran peristiwa tutur bertengkar yang terdapat pada subtitle film Ted 2 dari segi keakuratan dan keberterimaan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengakomodasi tindak tutur dalam peristiwa tutur bertengkar, teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah serta kualitas terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur dalam situasi tutur bertengkar pada subtitle film Ted 2. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen dan informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen dan Focus Group Discussion.
Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 223 data linguistik dalam bentuk tindak tutur pada peristiwa tutur bertengkar pada film Ted 2, yang terdiri dari tindak tutur asertif sebanyak 81 data, ekspresif sebanyak 63 data, direktif sebanyak 68 data, komisif sebanyak
11 data dengan total 223 data. 223 tindak tutur tersebut diterjemahkan oleh penerjemah menggunakan 725 teknik penerjemahan. Presentase penggunaan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah ialah Padanan lazim sebesar 46% (330 kali), variasi sebesar
16% (117 kali), reduksi sebesar 9% (67 kali), implisitasi sebesar 8% (56 kali), modulasi 6% (46 kali), peminjaman murni 6% (39 kali). Kemudian, eksplisitasi ditemukan sebanyak 18 kali dan delesi 14 kali dengan presentase 2%. Presentase selanjutnya, yaitu sebesar 1% pada teknik kompresi linguistik (9 kali), literal (7 kali), transposisi (5 kali) dan adaptasi sebesar (6 kali). Sedangkan teknik generalisasi dan kreasi diskursif sebanyak (4 kali). Akhirnya presentase paling sedikit ditemukan adalah teknik adisi sebanyak 3 kali. Kualitas terjemahan
223 data dalam penelitian ini dari segi keakuratan adalah sebesar 2.5, sedangkan dari segi keberterimaan adalah sebesar 2.8. Rata-rata kualitas terjemahan kalimat yang mengakomodasi tindak tutur dalam situasi tutur bertengkar pada subtitle film Ted 2 adalah
2.6.
Dari analisis dan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa 1) peristiwa tutur bertengkar didominasi oleh tindak tutur asertif, direktif, dan ekspresif yang menunjukkan karakteristik dari peristiwa tutur yang argumentatif dan emosional. Adanya tindak tutur komisif dengan frekuensi yang lebih sedikit mengindikasikan bahwa peristiwa tutur bertengkar hanya dapat menemukan closure ketika salah satu pihak mengakui atau menerima ketidak-setujuan dari mitra tuturnya. Kalimat yang mengakomodasi tindak tutur dalam situasi tutur bertengkar dalam film Ted 2 sudah dialihkan secara akurat dar bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Tetapi, ada beberapa data dimana kata, frasa, klausa yang mengakomodasi tindak tutur dalam setiap situasi tutur bertengkar tidak disampaikan dengan baik atau dihilangkan pada terjemahannya. Selain itu terdapat terjemahan yang masih kurang lazim dibahasa sasaran dan beberapa pergeseran tindak tutur di bahasa sasaran. Selanjutnya, teknik teknik padanan lazim, reduksi, variasi, peminjaman murni, kompresi linguistic, kompensasi, eksplisitasi, implisitasi, transposisi, modulasi, generalisasi, kreasi diskursif, adisi dan adaptasi tidak menghasilkan pergeseran pada bahasa sasaran. Pergeseran tindak tutur di bahasa sasaran disebabkan oleh penggunaan teknik literal dan hilangnya tindak tutur di bahasa sasaran disebabkan oleh penggunaan teknik delesi.
Kata kunci: Peristiwa tutur bertengkar, pergeseran tindak tutur, teknik penerjemahan, tindak tutur.