Abstrak


Pengendalian Kualitas Produk Brown Crepe pada PT. Perkebunan Nusantara IX Batu Jamus di Kabupaten Karanganyar dengan Metode Statistical Quality Control (SQC).


Oleh :
Rian Oktaviandi. - H0815103 - Fak. Pertanian

Karet  merupakan  salah  satu  komoditas  ekspor  yang  dimiliki  oleh  Indonesia.  Brown Crepe  merupakan  salah  satu  olahan  karet  yang  cukup  banyak  diminati  oleh  perusahaan industri seperti ban. Salah satu perusahaan yang memproduksi Brown Crepe di Jawa Tengah adalah PT. Perkebunan Nusantara IX Batu Jamus.  Kualitas Brown Crepe di PTPN IX  Batu Jamus  belakangan  ini  mulai  menunjukkan  tingkat  kerusakan  yang  cukup  serius  karena adanya  hasil  produk  dengan  kerusakan  yang  cukup  tinggi  dalam  satu  kali  proses  produksi sehingga  menyebabkan  kualitas  Brown  Crepe  menurun.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk mengetahui  jenis  kerusakan,  kerusakan  dominan,  faktor-faktor  penyebab,  batas  kendali  dan usulan  tindakan  perbaikan  kerusakan  produk  Brown  Crepe.  Metode  dasar  penelitian  adalah deskriptif  analitis.  Metode penentuan lokasi  penelitian  dilakukan  secara  purposive  di  PTPN IX  Batu  Jamus  di  Kelurahan  Kuto,  Kecamatan  Kerjo,  Kabupaten  Karanganyar.  Metode penentuan key informant dilakukan dengan purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan metode Statistical Quality  Control  (SQC)  dengan  alat  analisis  (1)  checksheet  untuk  mengidentifikasi  jenis kerusakan  produk  Brown  Crepe,  (2)  Diagram  pareto  untuk  mengetahui  urutan  prioritas perbaikan,  (3)  Diagram  sebab  akibat  untuk  mengidentifikasi  faktor-faktor  penyebab kerusakan, (4)  ?-chart dan R-chart mengetahui batas toleransi variabel yang mengakibatkan kerusakan sehingga dapat dirumuskan usulan tindakan perbaikan yang dapat diterapkan PT. Perkebunan Nusantara IX Batu Jamus. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  jenis  kerusakan  produk  Brown  Crepe  yaitu Brown Crepe dengan lembaran kotor sebanyak 3.354 Kg atau 51?n Brown Crepe rontok sebanyak 1.311 Kg atau 19,9% dimana kedua jenis kerusakan tersebut merupakan kerusakan dominan yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat, sedangkan White Spot sebanyak 982 atau 14,9?n Brown Crepe pudar sebanyak 927 atau 14,1 % tidak menjadi kerusakan yang  dominan.  Setelah  dilakukan  analisis  diagram  fishbone  dapat  diketahui  bahwa  variabel yang  berpengaruh  terhadap  kedua  jenis  kerusakan  tersebut  adalah  suhu  sehingga  perlu dilakukan analisis peta kendali untuk mengendalikan kondisi suhu. Analisis  ?-chart terhadap suhu ditemukan batas toleransi sebesar 37,420Celsius; nilai UCL sebesar 39,220Celsius; dan nilai  LCL  sebesar  35,620Celsius  setelah  melalui  tahap  revisi  peta  kendali  sehingga  semua titik  suhu  berada  di  dalam  batas  kendali  dan  untuk  R-chart  terhadap  suhu  ditemukan  batas toleransi sebesar 2,52: nilai UCL sebesar 5,75: dan LCL sebesar 0 sehingga titik- titik range tersebut berada di dalam batas kendali.  Usulan tindakan perbaikan terhadap kerusakan yang dominan  yaitu  Brown  Crepe  kotor  dan  Brown  Crepe  rontok  dari  faktor  manusia  dengan melakukan pengawasan, pengecekan dan evaluasi langsung terhadap karyawan, memberikan pendampingan  selama  masa  percobaan  kepada  karyawan  training;  faktor  mesin  dengan melakukan  pengecekan  terhadap  mesin  dan  suhu  serta  menciptakan  standar  pengamatan suhu;  faktor  bahan  baku  dengan  melakukan  pembersihan  alat  sadap  dan  melakukan peremajaan  pada  tanaman  karet  yang  sudah  tua  serta  pengklasifikasian  tanaman  karet  yang masih produktif dan yang tidak.