Abstrak


Pengaruh penggunaan hidrolisat tepung bulu ayam dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik serta konsentrasi amonia cairan rumen kambing kacang jantan


Oleh :
Dhana Kurnia Rahman - H0503041 - Fak. Pertanian

ABSTRAKSI Sumber protein bagi ternak ruminansia di dalam abomasum berasal dari protein mikrobia dan protein pakan yang lolos degradasi rumen (by pass protein). Hidrolisat tepung bulu ayam (HBA) berpotensi digunakan untuk pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein kasar yang tinggi dan mengandung protein yang tahan terhadap perombakan oleh mikrobia rumen (rumen undegradable protein/RUP), tetapi mampu diurai secara enzimatis pada saluran pencernaan pasca rumen. Penggunaan protein yang tahan degradasi rumen tetap harus mempertimbangkan kecukupan asupan protein bagi mikrobia dalam rumen yang optimal untuk didegradasi menjadi amonia, agar tidak mengganggu stabilitas lingkungan rumen untuk sintesis mikrobia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan HBA dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, konsentrasi amonia cairan rumen kambing kacang jantan. Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu, mulai tanggal 14 Oktober sampai 9 Desember 2007, di kandang milik peternak yang berlokasi di dukuh Watutebok, desa Potronayan, kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Materi penelitian ini menggunakan Kambing Kacang Jantan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan rata-rata 15,98 ± 0,96 kg. Ransum yang diberikan terdiri dari jerami padi fermentasi (JPF), konsentrat, dan hidrolisat tepung bulu ayam (HBA). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan empat macam perlakuan (P0, P1, P2, P3), setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dengan setiap ulangan terdiri dari satu ekor Kambing Kacang Jantan. Ransum yang diberikan untuk P0 (sebagai kontrol) terdiri dari 40 % JPF dan 60 % konsentrat (tersusun dari 51 % BC 132, 9 % bungkil kedelai, 0 % HBA); P1 dengan 40 % JPF dan 60 % konsentrat (52 % BC 132, 6 % bungkil kedelai, 2 % HBA); P2 dengan 40 % JPF dan 60 % konsentrat (53 % BC 132, 3 % bungkil kedelai, 4 % HBA); P3 dengan 40 % JPF dan 60 % konsentrat (54 % BC 132, 0 % bungkil kedelai + 6 % HBA). Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, konsentrasi amonia dan derajat keasaman/pH cairan rumen. Data hasil penelitian dari keseluruhan peubah setelah dihitung dengan analisis variansi menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P≥0,05). Rerata data hasil penelitian dari P0, P1, P2, P3 berturut-turut untuk konsumsi bahan kering 679,54; 635,53; 652,79; 606,45 (g/ekor/hari); konsumsi bahan organik 557,93; 518,41; 534,98; 497,54 (g/ekor/hari); kecernaan bahan kering 52,57; 47,27; 49,24; 51,65 persen; kecernaan bahan organik 62,43; 56,32; 59,58; 64,11 persen; konsentrasi amonia 5,22; 5,22; 4,80; 5,04 (mM); derajat keasaman/pH 7,00; 7,03; 6,97; 7,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan hidrolisat tepung bulu ayam (HBA) untuk kambing kacang jantan dengan level pemberian hingga 6 persen dari total ransum tidak meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik tetapi pH dan konsentrasi amonia tetap pada kondisi yang optimal untuk proses fermentasi mikrobia dalam rumen. Kata kunci : kambing kacang jantan, hidrolisat tepung bulu ayam, bungkil kedelai