;

Abstrak


Perbandingan Pemberian Silodosin dengan Tamsulosin pada Pasien BPH LUTS DI RSUD Dr. Moewardi


Oleh :
Andi Fittrani - S561408002 - Sekolah Pascasarjana

Latar Belakang : Benign prostatic hyperplasia (BPH) merupakan penyebab utama pada laki – laki dengan Lower Urinary Tract Symptomps (LUTS) dan berhubangan erat dengan peningkatan usia. Komponen dinamik dari suatu BPH memberikan gejala lebih dirasakan oleh pasien, daripada pembesaran prostat itu sendiri, hal ini  akan merubah tatalaksana dari pembedahan ke pemberian medikamentosa. Reseptor alpha adrenergic blockers  (ABs), menyebabkan penurunan dari tonus  otot polos prostat dan bladder neck. Alpha 1-adrenergic blockers (ABs) merupakan terapi lini pertama pada BPH LUTS

Tujuan : Mengetahui perbedaan efikasi dengan memakai IPSS dan pemeriksaan residual urine setelah pemberian tamsulosin dan silodosin pada pasien  BPH dengan LUTS pada minggu ke 4 dan 12. Mengetahui perbedaan efek samping dengan  pengukuran tekanan darah dan IIEF-5setelah  pemberian tamsulosin dan silodosin pada pasien  BPH dengan LUTS minggu ke 4 dan 12
Metode : penelitian eksperimental semu untuk membuktikan perbedaan efikasi dan efek samping dari terapi alpha blockers selektif subtipe antara tamsulosin dan silodosin pada pasien BPH dengan LUTS. Desain  penelitian ini pada dua kelompok penelitian secara acak, yaitu kelompok terapi dengan tamsulosin 0,4mg sehari sekali dan  terapi dengan  silodosin 8mg sekali sehari

Hasil : Penilaian gejala LUTS secara obyektif dengan IPSS (International Prostatic Symtomp Score) pada kelompok terapi silodosin Pada waktu minggu ke 12 dengan IPSS rata-rata 13.79 +5.03 atau mengalami penurunan  sebesar 48,2?n tamsulosin Pada waktu minggu ke 12 dengan IPSS rata-rata 9.67 +3.73 atau mengalami penurunan  sebesar 39,9%. Residual urine (Post Void Residual Urine / PVR ) pada kelompok terapi silodosin minggu ke 12 dengan PVR rata-rata 11.86 +6.38 atau mengalami penurunan sebesar 62,1?n pasien pada kelompok terapi tamsulosin minggu ke 12 dengan PVR rata-rata 15.12 +6.98atau mengalami penurunan sebesar 49,2%. terapi silodosin tidak ada yang mengalami kejadian hipotensi orthostatic pada mingguke 4 dan minggu ke 12, sedangkan pada kelompok Tamsulosin yang mengalami kejadian hipotensi orthostatik pada minggu ke 4 dan minggu ke 12 ada 3 pasien (25,0%). terapi silodosin Pada waktu minggu ke 4 dengan IEFF rata-rata 4.71 +2.84, dan pada minggu ke 12 dengan IEFF rata-rata 5.29 +2.92 atau mengalami peningkatan sebesar 12,3%. Kelompok terapi tamsulosin pada waktu minggu ke 4 dengan IEFF rata-rata 3.50 +2.35 dan pada mingguke 12 dengan IEFF rata-rata 3.58 +2.39atau mengalami peningkatan sebesar 2,3%.

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil penilaian gejala LUTS secara obyektif dengan IPSS antara kelompok silodosin dan tamsulosin,dimana baik silodosin dan tamsulosin memiliki pengaruh yang tidak berbeda signifikan dalam menurunkanskor IPSS. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil Residual urine antara kelompok silodosin dan tamsulosin. Dimana baik silodosin dan tamsulosin memiliki efektifitas yang tidak berbeda signifikan dalam menurunkan Residual urine.Terdapat perbedaan frekuensi kejadian hipotensi orthostatic pada kelompok silodosin dan tamsulosin, dimana kelompok tamsulosin lebih dominan dalam efek samping terhadap hipotensi orthostatik.Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil IEFF – OF (International Index of Erectile Function – Orgasmic Function) antara kelompok silodosin dan tamsulosin