Abstrak


Kekerasan dalam Rumah Tangga pada Novel sebagai Bentuk Ketidakadilan Gender (Analisis Semiotika Komunikasi tentang Dampak Stockholm Syndrome pada Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Bentuk Ketidakadilan Gender dalam Novel “Big Little Lies” Karya Liane Moriarty)


Oleh :
Ariana Dyah Atisomya - D0215015 - Fak. ISIP

ABSTRAK

Semiotika dan komunikasi adalah dua bidang yang berbeda, namun memiliki ikatan yang kuat dalam melakukan “negosiasi” makna. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan pesan bermakna. Akan tetapi, dalam Novel “Big Little Lies” karya Liane Moriarty yang mengangkat kasus KDRT sebagai bentuk ketidakadilan gender, terjadi perbedaan pemaknaan. Perbedaan ini terlihat bahwa ada kelompok yang setuju pengangkatan kasus KDRT, tetapi ada juga yang tidak setuju karena justru terlihat seperti cerita “desperate housewives”. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan kasus KDRT sebagai bentuk ketidakadilan gender yang dapat membawa dampak stockholm syndrome.
Penelitian ini menggunakan teori komunikasi John Fiske. Fiske berpendapat bahwa komunikasi merupakan kegiatan dalam memproduksi dan melakukan pertukaran makna. Artinya, teori komunikasi Fiske menekankan bahwa komunikasi sebagai pembangkitan makna atau the generation of meaning. Dalam teori ini pun Fiske membahas mengenai bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan sebuah makna.
Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Barthes menggambarkan semiotika sebagai suatu konsep yang terdiri dari denotasi, konotasi, dan mitos. Barthes menyatakan bahwa denotasi merupakan signifikasi tingkat pertama, sedangkan konotasi dan mitos pada signifikasi tingkat kedua. Pada signifikasi tingkat pertama, makna yang terkandung adalah makna yang sama dengan apa yang terlihat. Sedangkan pada signifikasi tingkat kedua, makna yang terkandung telah berinteraksi dengan budaya, sehingga tercipta makna “kedua”.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa tokoh Celeste mengalami ketidakadilan gender yang dilakukan oleh suaminya, yang terlihat dari adanya kasus KDRT yang terlihat dari: (1) denotasi atau makna sebenarnya, seperti terlihatnya bentuk-bentuk KDRT, serta dampak KDRT itu sendiri; (2) konotasi atau makna “kedua”, di mana tindak KDRT dapat terjadi karena adanya budaya patriarki di masyarakat yang secara tersirat melegalkan kekerasan kepada perempuan sebagai bentuk bahwa perempuan harus patuh terhadap laki-laki sebagai pemimpin; dan (3) mitos, yakni makna yang dilatarbelakangi oleh ideologi-ideologi masyarakat, seperti sifat-sifat gender feminin yang melekat pada perempuan dan gender maskulin yang melekat pada laki-laki.

Kata Kunci: KDRT, ketidakdilan gender, semiotika Barthes, stockholm syndrome