Abstrak


Pengaruh Naa dan Kinetin Terhadap Pertumbuhan Subkultur Anggrek Hasil Persilangan Coelogyne pandurata dan Coelogyne rumphii pada Media MS


Oleh :
Cindy Arifatul Ulya - H0716032 - Fak. Pertanian

Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak dikembangkan karena banyak digemari oleh masyarakat. Anggrek tergolong dalam taksonomi famili Orchidaceae. Tanaman anggrek memiliki daya tarik tersendiri dari bunga nya. Bunga anggrek memiliki daya tarik pada warnanya, bentuk, dan ukuran yang bervariasi. Keanekaragaman bunga anggrek dapat digunakan untuk pembuatan hasil persilangan baru dengan kultur jaringan. Tingkat keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara in vitro umumnya sangat tinggi jika syaratnya terpenuhi yaitu kondisi yang aseptik pada biji dan media kultur, kecukupan kandungan gula sebagai sumber energi dan kecukupan nutrisi dan senyawa organik yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan protocorm menjadi seedling. Media kultur in vitro yang sering digunakan untuk perbanyakan tanaman anggrek adalah media MS (Murashige dan Skoog). Media ini mengandung unsur hara makro dan unsur mikro seperti myoinositol, niacin, pyridoxin HCl, thiamin HCl, glycine dan glukosa. Zat pengatur tumbuh yang biasanya digunakan dalam kultur jaringan yaitu menggunakan golongan auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh golongan auksin  contohnya NAA, IAA IBA, dan 2,4-D. Zat pengatur tumbuh golongan sitokinin yang biasanya digunakan dalam kuljur jaringan yaitu BA, BAP, TDZ, kinetin. Penelitian ini menggunakan bahan anggrek hasil persilangan yaitu Coelogyne pandurata dengan Coelogyne rumphii hasil penelitian dari (Hartati et al 2019), pada media MS dengan berbagai kombinasi konsentrasi NAA dan kinetin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi NAA dan kinetin pada media MS yang terbaik untuk petumbuhan subkultur anggrek hasil persilangan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2019 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi NAA yang terdiri 4 taraf yaitu 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, dan 3 ppm. Faktor kedua adalah konsentrasi kinetin yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0 ppm, 1 ppm, dan 2 ppm. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, dan berat tanaman. Analisis data dengan uji F taraf signifikan 5% yang dilanjutkan dengan analisis lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dan dilakukan uji regresi.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan NAA yang lebih tinggi dari 3 ppm, akan mendapatkan peluang akar yang lebih panjang dan berat tanaman lebih besar, penambahan NAA yang lebih tinggi dari 3 ppm, jika diikuti dengan penambahan kinetin, akan mendapatkan peluang akar yang lebih banyak, interaksi antara NAA 3 ppm dan kinetin 2 ppm menghasilkan jumlah akar terbanyak yaitu (13,05 buah), penambahan kinetin yang lebih tinggi dari 2 ppm, akan mendapatkan peluang akar yang lebih panjang dan tinggi tanaman yang lebih besar.