Abstrak


Pengaruh Besar Potongan Umbi dan Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)


Oleh :
Haifa Shafa Shofiyya - H0716058 - Fak. Pertanian

RINGKASAN

Tanaman garut (Maranta arundinacea L.) merupakan tanaman umbi-umbian multimanfaat. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat terbuka maupun dibawah naungan. Umbi garut memiliki fungsi sebagai bahan pangan pengganti beras atau yang disebut beras analog. Umbi garut memiliki keunggulan indeks glikemi lebih rendah dengan nilai 14 dibanding indeks glikemi beras 96, sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes mellitus. Peningkatan produksi tanaman garut perlu mendapat perhatian khusus. Penggunaan umbi sebagai bibit tanaman yang memerhatikan besar potongan umbi serta penggunaan pupuk kalium yang sesuai dengan dosis optimum merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman garut. Besar potongan umbi yang sesuai dan dosis optimum pupuk kalium diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman garut.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Science Techno Park Sragen, Kabupaten Sragen dan dilakukan mulai September 2019 hingga April 2020. Penelitian ini menggunakan rancangan acak  kelompok lengkap dengan 2 faktor perlakuan yakni besar potongan umbi U1= dipotong menjadi 3 bagian (berat 20,6-28 gram/potongan umbi, dengan 3 mata tunas per potongan umbi) dan U2= dipotong menjadi 4 bagian (berat 15,4-21 gram/potongan umbi, dengan 2-3 mata tunas/potongan umbi) serta perlakuan dosis pupuk KCl (K1= 25 kg/ha, K2= 50 kg/ha, dan K3= 75 kg/ha).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan besar potongan umbi dan dosis pupuk KCl pada semua variabel pengamatan. Besar potongan umbi dipotong menjadi 3 bagian memberikan hasil yang lebih baik (berat umbi 646,472 kg/ha) dibanding besar potongan umbi dipotong menjadi 4 bagian (berat umbi 362,736 kg/ha). Hasil umbi pada perlakuan dosis pupuk KCl 25 kg/ha hingga 75 kg/ha masih bersifat linier sehingga nilai optimalisasi dosis pupuk KCl belum didapatkan. 

SUMMARY
THE EFFECT OF CUT TUBER SIZE AND POTASSIUM FERTILIZER DOSAGE ON GROWTH AND YIELD ARROWROOT PLANT (Maranta arundinacea L.). Thesis-S1: Haifa Shafa Shofiyya (H0716058). Advisers: Eddy Triharyanto, Pardono, Trijono Djoko Sulistyo. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Arrowroot plant (Maranta arundinacea L.) is a multi-beneficial tuber plant. It can grow in an open space or under the shade. Arrowroot tubers function as rice substitute, or commonly called analog rice. Arrowroot tuber has an advantage of lower glycemic index of 14 than rice’s glycemic index of 96 and therefore, is beneficial for diabetes mellitus patients. Increased arrowroot plant production needs special attention. Its use as a plant seed that pays attention to cut tuber size and optimum dosage of potassium fertilizer is one way to increase arrowroot plant production. A suitable cut tuber size and optimum dosage of potassium fertilizer are expected to increase arrowroot plant growth and yield.
This study is conducted at Sragen Science Techno experimental garden, Sragen Regency, from September 2019 to April 2020. This study used a randomized complete block design with 2 tuber treatment variables, i.e., cut tuber with sizes of U1 = was cut into 3 parts (weigh 20.6-28 grams/cut piece, with 3 bud eyes per cut) and U2 = was cut into 4 parts (weigh 15.4-21 grams/cut piece, with 2-3 bud eyes per cut) as well as the treatment of KCl fertilizer dosage variables (K1= 25 kg/ha, K2= 50 kg/ha, dan K3= 75 kg/ha).
The result showed no interaction between the size of the cut tuber with KCl fertilizer dosage on all variables. Tuber that is cut into 3 parts gives better results (tuber weighs for 646,5 kg/ha) than tuber that is cut into 4 parts (tuber weighs for 362,7 kg/ha). The result of KCl fertilizer dosage from 25 kg/ha to 75 kg/ha is linier. Thus, there is no optimization value of the KCl fertilizer dosage.