Abstrak


Analisis Komparasi Usahatani Sawah Sistem Tanam Surjan dan Monokultur Padi di Kabupaten Kulon Progo


Oleh :
Muhammad Fariz Yoga Pranata - H0815082 - Fak. Pertanian

RINGKASAN
    Muhammad Fariz Yoga Pranata. H0815082. 2020. “Analisis Komparasi Usahatani Sawah Sistem Tanam Surjan dan Monokultur Padi di Kabupaten Kulon Progo”. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu, S.P., M.P dan Dr. Umi Barokah S.P., M.P. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Masyarakat Indonesia, selain kaya dengan sumber daya alam sebetulnya juga kaya dengan bermacam-macam model pertanian karena beragamannya ekosistem, etnis dan budaya, serta komoditas yang dapat diusahakan oleh petani. Oleh karena itu kita mengenal berbagai sistem pertanian sawah (sawah irigasi, sawah tadah hujan), sistem subak, sistem walik jerami, dan lain sebagainya (Nursyamsi et al, 2014). Dari berbagai sistem/model pertanian di Indonesia, sawah Surjan merupakan Salah satu sistem pertanaian yang masih eksis. Kabupaten Kulon Progo  berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0,2%, merupakan wilayah pantai, saat musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir. Marwasta dan Kuswaji (2009) menyatakan sistem surjan adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan dengan drainase yang buruk. Dengan adanya sistem surjan dan monokultur padi di Kabupaten Kulon Progo maka dirasa perlu adanya perbandingan biaya, pendapatan serta efisiensi dan risiko yang dihasilkan dari kedua sistem tanam. Sehingga dapat diketahui yang lebih menguntungkan dan sesuai bagi petani.
Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi dilakukan secara purposive dan pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Analisis data yang digunakan: (1) analisis biaya, penerimaan, pendapatan, dan analisis efisiensi usahatani; (2) Uji-t komparasi pendapatan dan efisiensi; (3) Analisis Risiko pendapatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh petani sawah surjan di Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp 37.707.360,-. Penerimaan sebesar Rp 73.183,464,-. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 35.476.360,- per hektar. Sedangkan petani sawah monokultur padi mengeluarkan biaya total sebesar Rp 17.851.295,-. Penerimaan sebesar Rp 10.008.277,-. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 7.843.018,- per hektar. Hasil uji-t pendapatan usahatani sawah surjan dan monokultur padi menunjukkan thitung sebesar 6,24, lebih besar dari ttabel 1,69, berarti pendapatan sawah sistem surjan lebih tinggi dibandingkan pendapatan sawah monokultur padi. Nilai R/C ratio pada usahatani sawah surjan sebesar 1,94 sedangkan R/C ratio pada usahatani sawah monokultur padi 1,78. Hasil uji-t antara efisiensi usahatani sawah surjan dan monokultur padi menunjukkan bahwa thitung sebesar 0,475 lebih kecil dari thitung. Hal ini menunjukkan usahatani sawah surjan dan monokultur padi memiliki nilai efisiensi sama atau tidak berbeda secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian, petani di Kabupaten Kulon Progo dapat menggunakan sistem tanam surjan maupun monokultur padi dalam mengusahakan sawahnya dengan mengetahui karakteristik tiap sistem tanam. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mendukung melalui pelatihan serta pendampingan intensif kepada petani atau kelompok tani yang menggunakan sistem surjan agar dapat meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten Kulon Progo.