Abstrak


Dekonstruksi Ketahanan Guru Tidak Tetap Dalam Program Full Day School


Oleh :
Akhmad Giri Suryana - K8416005 - Fak. KIP

Abstrak

Kesejahteraan guru tidak tetap (GTT) hingga saat ini masih menjadi polemik dalam dunia pendidikan, salah satunya terkait dengan penghasilan yang diterima. Penghasilan yang kurang memadai dalam menunjang kebutuhan hidup menjadi alasan signifikan bagi GTT untuk memutar peluang, dengan cara  mencari pekerjaan tambahan. Hal tersebut kian sulit ketika kebijakan full day school mulai diterapkan pada tahun ajaran 2017-2018 lalu.
Kebijakan tersebut mengharuskan GTT untuk berada di sekolah selama delapan jam. Terlebih jika GTT merupakan perempuan Jawa yang telah berkeluarga. Lantaran, selain beban kerja, perempuan Jawa cenderung memiliki beban sosial budaya karena tarikan norma atas perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Lantas, pertanyaan yang muncul adalah tentang bagaimana individu tersebut dapat bertahan.
Maka dari itu, hasil penelitian berupaya menjelaskan mengenai ketahanan GTT perempuan asal Jawa, menggunakan pendekatan deskriptif, serta meminjam pemikiran Derrida akan teori dekonstruksi dengan menemukan unsur aporia yang berupa paradoks, ironi, dan kontradiktif. Melalui unsur aporia yang ditemukan tersebut maka terbentuklah konstruksi baru, bahwa ketahanan GTT diberkati oleh status sosial yang didapatkan dalam lingkungan rumah dan keluarga, karena sosok guru dianggap profesi yang mulia dan memiliki nilai lebih. Sehingga menjadi GTT berarti menjadi sosok yang dianggap pintar, dihargai, dan dihormati. Hal tersebut didukung oleh pemaknaan profesi guru yang dianggap dekat pada konstruksi ibu, yakni pembimbing dan pengasuh.

Kata Kunci: Ketahanan Guru Tidak Tetap; Full Day School; Peran Perempuan