Abstrak


Serat sastra jendra hayuningrat (suatu tinjauan filologis)


Oleh :
Daning Pamangkurah Putri Kusuma - C0105002 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK 2009. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penelitian ini jumlah naskah yang di dapat sebanyak sembilan buah yang terbagi dalam dua versi yaitu prosa dan puisi. Penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah naskah yang berbentuk puisi yang berjumlah tiga buah, yaitu: (i) Sastra Jendra Hayuningrat, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17. (ii) Sastrajendra – Sastracetha Sekar Macapat, Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Surakarta. Nomor koleksi naskah 181 ra. (iii) Sêrat Warni – warni (Kagungan Dalem Gusti Kangjeng Pangeran Hangabehi IV ing Surakarta Adiningrat), Koleksi Yayasan Sastra dengan nomor koleksi naskah 1311, teks SSJH merupakan bagian di dalamnya. Naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17 adalah data primer penelitian ini. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks naskah Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi? (2) Bagaimana isi yang terkandung dalam Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang berhubungan dengan upaya manusia agar bersatu, mengetahui sangkan paran (asal-usul) agar menjadi sempurna kembali? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendapatkan suntingan teks naskah Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi. (2) Mengungkapkan isi yang terkandung dalam Serat Sastra Jendra Hayuningrat yang berhubungan dengan upaya manusia agar bersatu, mengetahui sangkan paran (asal-usul) agar menjadi sempurna kembali. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu deskripsi isi, komparatif dan interpretasi isi. Yang dimaksud dengan deskripsi isi yaitu naskah diungkapkan apa adanya. Berdasarkan kondisi naskah yang akan diteliti yaitu hanya satu buah, maka teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data tunggal. Yang akan digunakan yaitu teknik analisis metode standar, karena isi naskah dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau penting dari sudut agama atau bahasa, sehingga tidak perlu diperlakukan secara khusus atau istimewa. Analisis data selanjutnya menggunakan teknik komparatif dan interpretasi isi. Teknik komparatif yaitu membandingkan bagian naskah yang bersifat umum hingga khusus. Analisis berikutnya yaitu interpretasi isi. Teknik interpretasi isi yaitu menginterpretasikan isi naskah dengan kondisi yang di sekitarnya. Dari ketiga naskah yang berhasil ditemukan meskipun memiliki judul yang hampir sama tetapi jumlah pupuh dari ketiga naskah ini sangatlah berbeda. Selain jumlah pupuh perbedaan juga terdapat pada perbedaan nama tembang dan urutan pupuh, sehingga naskah tidak bisa disejajarkan. Kata – kata dari ketiga naskah tersebut juga sangat berbeda jauh sehingga akan sulit untuk dibandingkan. Hasil analisis dalam penelitian ini yaitu suntingan teks. Setelah melalui cara kerja filologi maka naskah inilah (Sastra Jendra Hayuningrat, Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor koleksi NB 17) yang dipandang lebih baik. Naskah ini juga terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu adanya beberapa masukan yang penulis tuliskan dalam catatan kaki. Naskah SSJH yang telah diedisikan seperti dalam kajian inilah yang dipandang baik. Dilihat dari segi isi, manusia dapat manunggal dengan Tuhan berdasarkan prinsip: tetes (keluhuran, mulia), titis (pramana, waspada), tatas (beres), putus (sempurna), lenget (halus bijaksana), layat (kegiatan hidup yang serba cepat), sambil berbakti (mangidhep, manembah) kepada Tuhan. Untuk dapat bersatunya dengan Tuhan maka manusia kemudian menjalankan eneng (menghentikan kejasmanian), ening (memenangkan rohani), dan eling (ingat kepada Tuhan). Manusia yang telah manunggal pun juga masih terdapat perbedaan dengan Tuhan, sehingga walaupun sudah mencapai manunggaling kawula Gusti tidak dapat disebutkan bahwa manusia itu adalah Tuhan. Manusia adalah tetap manusia dan Tuhan adalah tetap Tuhan.