Abstrak


Kadar albumin, hemoglobin (hb), dan zat besi (fe) pada tikus putih (rattus norvegicuz) setelah pemberian makanan enteral berformulasi bahan pangan lokal


Oleh :
Titin Nuraeni - M0405063 - Fak. MIPA

ABSTRAKSI Makanan enteral merupakan makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara keseluruhan maupun sebagai suplemen pada penderita yang mengalami malnutrisi. Pada kondisi pasien tertentu, makanan ini biasanya diberikan dalam bentuk cair. Bahan pangan lokal seperti tempe, beras, kacang hijau, dan ganyong memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi sehingga layak digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan enteral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan enteral berformulasi bahan pangan lokal terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) malnutrisi dengan parameter berat badan, kadar albumin, kadar Hb, dan kadar zat besi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 27 tikus putih jantan malnutrisi dibagi dalam 3 kelompok perlakuan dengan 9 ulangan pada masing-masing kelompok perlakuan. Kelompok A diberi diet makanan enteral formula A (dengan komposisi tempe, beras, dan kacang hijau sebagai bahan utama), kelompok B diberi diet makanan enteral formula B (dengan komposisi tempe, beras, kacang hijau, dan ganyong sebagai bahan utama), dan kelompok C (sebagai kontrol positif) diberi diet makanan enteral komersial. Makanan enteral tersebut diberikan setiap hari sebanyak 20 gram/hari selama 30 hari dan dilakukan penimbangan sisa pakan setiap harinya. Pengukuran berat badan, kadar albumin, kadar Hb, dan kadar Fe dilakukan pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-31. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Anava dan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian perlakuan makanan enteral formula B lebih optimal dalam meningkatkan kadar hemoglobin, kadar albumin, dan kadar zat besi yang akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan berat badan pada tikus putih (Rattus norvegicus) malnutrisi jika dibandingkan dengan penggunaan makanan enteral formula A, sehingga formula B lebih layak untuk dikembangkan sebagai bahan penyusun utama dalam pembuatan makanan enteral untuk mengatasi malnutrisi.