Abstrak


Kesurupan Sebagai Pertahanan Diri Terhadap Stres


Oleh :
Dwi Arum Sari - G0104017 - Fak. Kedokteran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek psikologis dan  sosial   dari  orang   yang   pemah  mengalami  kesurupan  tersebut. Selain  itu juga untuk  mengetahui  kesurupan  yang  disebut   sebagai   mekanisme pertahanan diri  terhadap stres.  Metode  penelitian yang  digunakan adalah  dengan metode    penelitian   kualitatif.   Responden  didapatkan  dengan    cara   snowball sampling dan haphazard sampling. Dari  sampling  yang  digunakan,  didapatkan 4 orang  wanita  yang  pemah mengalami kesurupan, dengan  usia  19-23 tahun.  Alat pengumpulan  data   yang   digunakan  adalah   dengan   wawancara  dan  observasi, selain    itu menggunakan   Dissosiatif  Diagnostic   Interview   Schedule,   yang merupakan susunan pertanyaan wawancara yang sudah dikembangkan untuk diagnosa-diagnosa gangguan disosiatif yang  dibuat  oleh  Colin  A. Ross.   Analisis data  dalam   penelitian  ini  adalah   dengan   model   analisis   interaktif Milles   dan Huberman.

Dari  hasil  analisis  data  menunjukkan  bahwa  kesurupan pada  responden dikarenakan kelelahan dan stres, sehingga memudahkan jin masuk  kedalam tubuh manusia  Reaksi   orang   yang   kesurupan  secara   fisik:  kelelahan,  sakit   kepala, pusing,  sulit tidur. Emosi:  ketidakmampuan untuk  mengatasi stressor  yang datang sebingga timbul perasaan tidak enak, selalu ingin marah, labil, sensitif, mudah tersinggung,  dongkol, perasaan  kesal yang dipendam, tertekan,  minder, perasaan putus asa hingga keinginan bunuh diri dan perilaku bunuh diri berulang. Spiritual: ibadah yang tidak khusyuk (tenang), kurang religious. Sosial: bermusuhan dengan teman, memiliki masalah dengan keluarga. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesurupan yakni ketidakmampuan  mengatasi stressor yang datang. Cara penanganan  adalah dengan ruqyah, disiram dengan air daun bidara, bekam, diberi rajah atau penangkal, ke psikiater.

Menurut narasumber, kesurupan ada dua pemahaman yaitu:  Pertama, kesurupan   sebagai   gejala  tought  insertion  yakni  adanya  pikiran  orang  yang merasuk. Kedua kesurupan sebagai diagnosis yang dalam pemahaman masyarakat
awam dikenal dengan kesurupan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesurupan   adalah  reaksi  konversi,  kesurupan   sebagai  diagnosis  yakni adanya distorsi   atau   salah   persepsi   pada   individu.   Orang-orang   yang   mengalami kesurupan biasanya akan mengalami perubahan. Penanganan penderita kesurupan dalam dunia medis:Diberi  suntikan tranquilaizer  intramuskuler,  bila perlu  dapat juga  diberi  tranquilaizer  atau pentota/ intravena,  kemudian  diberi  psikoterapi suportif, dibiarkan, diberi diazepam. Aspek sosial budaya adalah salah satu faktor penyebab  terjadinya  kesurupan.  Selain  itu  faktor  sugesti  juga   mempengaruhi adanya  fenomena  kesurupan,   sedangkan   faktor  pencetusnya   adalah  stres  clan adanya keinginan untuk melarikan diri dari masalah. Kesurupan adalah resiko pertahanan  diri  yang  gagal,  karena  menghindari  tugas,  namun  dalam klasifikasinya   kesurupan   termasuk   dalam  kategori   isolasi.   Sedangkan   untuk penderita,   orang  yang  kesurupan  memiliki  kepribadian immature. Orang  yang mengalami kesurupan memiliki kepribadian histrionik, sehingga cara menanggulanginya  adalah menghilangkan   sugesti   ataupun   kepercayaan   yang dapat menimbulkan  kecemasan.

Hasil  dari Dissosiatif Disorder  Interview  Schedule,  menunjukkan  bahwa pada responden  tidak terdapat kelainan secara fisik, tidak terdapat gangguan jiwa lain yang termasuk dalam gangguan disosiatif, kondisi emosi labil perasaan putus asa sehingga timbul keinginan untuk mati, dan perilaku bunuh diri berulang, serta tidak ada kontak dengan ritual mistis budaya dan pemujaan.

Kata Kunci:  Stres, mekanisme pertahanan diri, kesurupan.