Abstrak


Analisis Kinerja Simpang di Jaringan Jalan Lintas Selatan Kabupaten Gunungkidul (Studi Kasus Simpang Empat Legundi Panggang, Simpang Tiga Temanggung Krambilsawit, Simpang Tiga Ngloro Kepek, Simpang Empat Paliyan Saptosari dan Simpang Tiga Pulobener Baros)


Oleh :
Muhammad Nur Sholeh - I0113087 - Fak. Teknik

Jaringan Jalan Lintas Selatan Gunungkidul atau yang dikenal dengan JJLS merupakan bagian dari ruas jalan Trans Jawa lintas selatan ini dibangun sebagai proyek nasional dengan harapan mampu menumbuhkan dan menggerakkan perekonomian sabuk selatan Pulau Jawa agar tidak tertinggal dengan jalur tengah dan jalur pantura. Keberadaan JJLS di wilayah Gunungkidul dari barat ke timur telah menunjukkan dampak positif bergeliatnya sosio-ekonomi kawasan selatan Gunungkidul.  Apalagi di kawasan ini berada di gugusan pantai eksotik yang menjadi andalan destinasi wisata bagi Gunungkidul dan juga Daerah Istimewa Yogyakarta.  Akses jalan  utama  di  Kabupaten  Gunungkidul  selama ini masih bertumpu pada jalan Yogyakarta - Wonosari sehingga sering mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang, utamanya pada akhir pekan dan hari libur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja simpang   di jaringan jalan lintas   selatan   yaitu   Simpang   Empat   Legundi   Panggang,   Simpang   Tiga Temanggung  Krambilsawit,  Simpang  Tiga  Ngloro  Kepek,  Simpang  Empat Paliyan  Saptosari  dan  Simpang  Tiga  Pulobener  Baros  sebelum  dan  sesudah pengembangan jalan. Analisis kinerja simpang memerlukan data yang diperoleh dari survei volume kendaraan dan geometrik simpang. Analisis kinerja simpang bersinyal menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Hasil analisis kinerja simpang existing dengan metode MKJI 1997 memiliki hasil yang  lebih  baik  untuk  derajat  kejenuhan,  Pubobener  Baros  0.574,  Paliyan Saptosari  0.513,  Ngloro  Kepek  0.3,  Temanggung  Krambilsawit  0.539  dan Legundi Panggang 0.255 dibandingkan dengan hasil analisis kinerja simpang baru dengan metode MKJI 1997 yaitu Pubobener Baros 0.536, Paliyan Saptosari 0.722, Ngloro Kepek 0.561, Temanggung Krambilsawit 0.449 dan Legundi Panggang 0.533. Dan hasil analisis kinerja simpang existing dengan metode MKJI 1997 memiliki hasil yang lebih baik untuk Tundaan, Pubobener Baros 9.51 det/smp, Paliyan Saptosari 9.47 det/smp, Ngloro Kepek 7.58 det/smp, Temanggung Krambilsawit 9.58 det/smp dan Legundi Panggang 7.41 det/smp dibandingkan dengan hasil analisis kinerja simpang baru dengan metode MKJI 1997 yaitu Pubobener  Baros  72.053  det/smp,  Paliyan  Saptosari  65.245  det/smp,  Ngloro Kepek 52.677 det/smp, Temanggung Krambilsawit 51.566 det/smp dan Legundi Panggang 361.88 det/smp. Hal ini disebabkan karena dengan adanya APILL kendaraan diharuskan berhenti sesuai dengan pengaturan lampu. Konsep  APILL adalah usaha terhadap peningkatan keselamatan lalu lintas. Dalam studi ini hanya satu scenario pengaturan waktu sinyalnya, hal ini belum merupakan   hasil penentuan  waktu  sinyal  yang  optimal.  Untuk  itu  perlu  lanjutan  studi  yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja simpang.

Kata kunci : MKJI 1997, simpang bersinyal, simpang tak bersinyal