;

Abstrak


Online Social Prersence dalam Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pengelolaan Perpustakaan Berbasis E-Learning


Oleh :
Dora Melisa - S231908004 - Fak. ISIP

Pandemi Covid-19 berdampak pada berbagai aspek kehidupan salah satunya adalah komunikasi. Jalinan komunikasi di masa pandemi Covid-19 pada umumnya dilakukan secara online melalui sistem Computer-Mediated Communication (CMC) sinkron maupun asinkron. Hal demikian juga dilakukan dalam pendidikan dan pelatihan kepustakawanan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI. Diklat Kepustakawanan berbasis e-learning memanfaatkan aplikasi teknologi media baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalinan komunikasi diantara sesama peserta diklat dan peserta diklat dengan pengajar serta kendala apa yang dihadapi dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara daring melalui sistem CMC. Peneliti menggunakan Online Social Presence theory dari Yen & Tu (2011) dan teori adaptasi interaksi (Burgoon et al., 1995).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk memberikan gambaran tentang jalinan komunikasi antara sesama peserta diklat dan peserta diklat dengan pengajar. Data penelitian didapatkan dari wawancara mendalam dengan informan menggunakan panduan wawancara. Penelitian ini dilakukan secara online dengan peserta diklat teknis pengelolaan perpustakaan (inpassing) tahun 2020 angkatan III sampai dengan VII. Pengumpulan informasi untuk mendapat data primer dilakukan melalui wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive menggunakan teknik maximum variation sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran secara daring di Pusdiklat Perpustakaan Nasional melalui Computer-Mediated Communication terlihat adanya online sosial presence, sehingga tercipta jalinan komunikasi yang berjalan optimal diantara sesama peserta.  Hal tersebut ditandai dengan terjalinnya hubungan sosial, hubungan kepercayaan, interaksi berupa umpan balik dari komunikan terhadap komunikator. Sementara itu jalinan komunikasi dan interaksi antara peserta dan pengajar terkesan kurang intens. Komunikasi lebih banyak terjalin pada saat pembelajaran secara daring melalui virtual meeting, sedangkan komunikasi yang berbasis teks cenderung lambat direspons. Proses interaksi peserta diklat terhadap perubahan metode pembelajaran dari tatap muka langsung menjadi daring secara umum berjalan lancar, ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan dasar sebagai salah faktor penentu posisi interaksi untuk melanjutkan adaptasi.