Penggunaan teknologi yang terus meningkat termasuk promosi online dan pasar digital memudahkan dalam berbelanja yang mengarah pada perilaku konsumtif masyarakat. Penelitian ini menggunakan dua teori yakni teori utama teori pertukaran sosial dari Peter Blau yang membahas tentang barter pada sebuah komunitas Joli Jolan yang menawarkan transaksi barang sebagai sarana untuk memperkuat peran sosial guna mencegah perilaku konsumtif di Surakarta dan teori Pendukung yakni teori masyarakat konsumsi dari Jean Baudrillard untuk melihat penyebab masyarakat berperilaku konsumtif. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan melibatkan duabelas informan, antara lain satu inisiator Joli Jolan, empat anggota tetap, dan tujuh pengunjung. Dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder kemudian dianalisis dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Temuan tersebut menegaskan bahwa masyarakat yang hidup dengan perilaku konsumtif dibangun oleh faktor eksternal: online, promosi, dan kampanye, karena adanya simulasi, berupa iklan yang dikemas menarik yang menimbulkan suatu hiperealitas. Peran komunitas Joli Jolan dalam menekan perilaku konsumtif melalui kegiatan tukar menukar, Food Not Booms, Work Shop dan bagi susu, dari hal tersebut terdapat imbalan intrinsik dan ekstrinsik yang diperoleh pengunjung. Pengunjung mendapat sebuah perhatian dari komunitas Joli Jolan serta mendapat barang yang diinginkan untuk menghemat lebih banyak uang. Mereka mengikuti lokakarya untuk lebih memahami perilaku konsumtif yang mengarah pada arus kas keluarga yang terkelola. Anggota Joli Jolan mengapresiasi donasi yang diberikan oleh masyarakat dan pengunjung, kemudian menggunakan dana yang terkumpul untuk program bina lingkungan. Dengan demikian, komunitas Joli Jolan menjadi social market unik yang dipercaya oleh dan untuk komunitas.
Kata Kunci: Komunitas, Konsumtif, Peran, Pertukaran
