;
yang dapat berkembang menjadi hipoksemia berat dengan kasus mencapai lebih dari 235 juta kasus di seluruh dunia hingga November 2021. Hubungan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan kebiasaan merokok, keduanya sangat umum secara global dan dapat meningkatkan keparahan pada COVID-19 namun belum dijelaskan. Meningat kesenjangan dalam bukti dan meningkatkanya prevalensi COVID-19, penelitian ini bertujuan untuk meneliti besarnya pengaruh PPOK dan kebiasaan merokok terhadap keparahan pasien COVID-19.
Subjek dan Metode: Penelitian meta-analisis ini dilakukan dengan PICO sebagai berikut: Populasi adalah Pasien COVID-19. Intervensi adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik dan kebiasaan merokok. Comparison berupa tidak memiliki PPOK dan tidak merokok. Outcome berupa keparahan pasien COVID-19 Sumber studi meta-analisis diakses menggunakan: Pubmed, Science Direct, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah “Covid-19” AND “COPD”, “Covid-19” OR “COPD”, “Covid-19” AND “Smoking”, “Covid-19” OR “Smoking”, “Covid-19” AND “COPD” OR “Smoking”, “COPD” AND “Smoking” AND “Severity of Covid-19 Patients”. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah full-text, desain cross sectional dan cohort, artikel melaporkan nilai Odds Ratio (OR), dan menggunakan Bahasa Inggris. Artikel yang telah terkumpul di seleksi dengan diagram PRISMA flow. Sintesis kualitatif data penelitian diuji menggunakan aplikasi Review Manager (RevMan 5.3).
Hasil: Hasil meta analisis pada 11 penelitian cross sectional menunjukkan bahwa pasien Covid-19 dengan PPOK memiliki resiko untuk mengalami keparahan Covid-19 3.77 kali dibandingkan tanpa PPOK (aOR= 3.77; CI 95% = 2.49 hingga 5.69; p = <0>aOR = 2.70; CI 95% = 1.99 hingga 3.66; p = <0>
Kesimpulan: PPOK dan kebiasaan merokok meningkatkan resiko keparahan pada pasien COVID-19.