Abstrak


Hubungan Antara Self-Compassion dan Resiliensi pada Remaja


Oleh :
Salsha Ayu Widyana - G0117077 - Fak. Kedokteran

Setiap inidividu membutuhkan resiliensi untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, tak terkecuali remaja. Remaja dengan resiliensi yang rendah dapat memiliki berbagai dampak buruk ketika masa perkembangannya. Maka dari itu, diperlukan resiliensi agar remaja mampu bertahan dan bangkit dari kesulitan hidup yang dialami. Temuan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa individu dengan resiliensi yang tinggi memiliki welas asih kepada dirinya sendiri. Welas asih kepada diri disebut juga dengan self-compassion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-compassion dan resiliensi pada remaja. Penelitian dilakukan pada 116 subjek remaja dengan rentang usia 14-21 tahun. Teknik penentuan sampel dilakukan menggunakan accidental sampling. Alat ukur yang digunakan berupa skala self-compassion (r = 0,879) yang mengacu pada aspek yang dikemukakan Neff (2003b) serta skala resiliensi (r = 0,922) yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Connor & Davidson (2003). Analisis data menggunakan teknik regresi linear sederhana dengan bantuan SPSS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan signifikansi 0,000 (p < 0> t tabel) pada kedua variabel. Derajat kekuatan hubungan kedua variabel berada pada kategori kuat (R = 0,623) dengan sumbangan efektif sebesar 38,3% (R2 = 0,383). Maka dari itu, hipotesis penelitian ini yang berbunyi terdapat hubungan antara self-compassion dan resiliensi terbukti. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat self-compassion, semakin tinggi pula tingkat resiliensi yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah self-compassion, maka semakin rendah pula tingkat resiliensinya.