Tesis ini berfokus pada wacana etnisitas dalam seksualitas perempuan beretnis peranakan Cina dalam novel Putri Cina karya Sindhunata. Fokus tersebut akan bercabang pada dua hal, yang pertama yaitu mengenai bagaimana seksualitas perempuan beretnis peranakan Cina dibentuk dan diartikulasikan, dan yang kedua adalah mengapa seksualitas menjadi simbol yang penting sebagai legitimasi kultural-politik. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pembacaan terhadap novel dan mencatat baik elemen-elemen dalam ranah analisis tekstual untuk kemudian dianalisis menggunakan metode analisis wacana kritis dari Fairclough. Melalui analisis wacana kritis ini novel Putri Cina akan dibedah dari dan menjadi sisi kajian tekstual, interdiskursivitas, intertekstualitas, dan perubahan sosial sehingga diketahui bagaimana dan mengapa wacana etnisitas melalui seksualitas dalam novel Putri Cina dibentuk. Perempuan termasuk dalam kelompok rentan yang seringkali menjadi korban dari kekerasan yang sifatnya struktural. Hal ini disebabkan interseksi identitas yang dimilikinya, yaitu identitas gender, ras, kelas, dan agama yang menjadikan mereka lebih rentan menjadi korban kekerasan. Dalam konteks rasial, seksualitas terhadap perempuan dijadikan sebagai legitimasi superioritas antara ras pribumi di atas ras peranakan Cina. Dalam konteks gender, seksisme dan patriarki telah membentuk konsep mengenai pemerkosaan, kerentanan, dan marjinalisasi dari perempuan beretnis peranakan Cina. Hal ini melahirkan objektifikasi atas tubuh perempuan yang membuat posisi perempuan jauh lebih rentan menjadi korban tindak kekerasan seksual. Sedangkan dalam konteks sosial, kultural, dan politik, tubuh perempuan selalu menjadi target penyerangan dalam situasi konflik atau peperangan, yaitu menggunakan pemerkosaan sebagai cara untuk menghancurkan komunitas asal perempuan. Wacana-wacana tersebut yang kemudian berjalin kelindan dipengaruhi sekaligus mempengaruhi novel Putri Cina sebagai salah satu karya fenomenal.
