Pariwisata kreatif merupakan bentuk dari konsep pariwisata yang bertanggung jawab terhadap keberadaan komunitas lokal. Kota Surakarta yang merupakan kota dengan proses tumbuh kembang sejarahnya menjadikan kota Surakarta sebagai kota yang terbentuk dari kearifan lokal dimana dalam hal ini, kampung blangkon potrojayan di Kelurahan Serengan, Kecamatan Serengan merupakan bentuk-bentuk peninggalan fisik yang masih bisa dijumpai, namun seiring berjalannya waktu kampung blangkon potrojayan mengalami degradasi sejak 20 tahun terakhir . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kolaborasi antar stakeholders serta hambatan yang terjadi dalam proses kolaborasi tersebut sehingga dapat menjadi bahan rekomendasi bagi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk mengoptimalkan kolaborasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori collaborative process dari anshel dan gash dimana terdapat lima tahap kolaborasi yaitu (1) face to face dialogue, (2) trust building (3) commitment to process (4) shared understanding, dan (5) intermediate outcome, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses collaborative governance dalam pengembangan pariwisata kreatif yang berbasis kearifan lokal ini, dalam prosesnya kolaborasi ini sudah terjadi dengan baik, namun masih terjadi berbagai hambatan seperti belum adanya forum komunikasi, ego sectoral oleh masing-masing Stakeholders, keterbatasan sumber daya, dan kurang maksimalnya peran aktor yang terlibat