;

Abstrak


Eksperimentasi Blended Learning pada Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Materi Barisan dan Deret Ditinjau dari Teknofobia Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2020/2021


Oleh :
Ekshan Rahmad Wardani - S851902008 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) manakah yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis yang lebih baik antara model blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog; 2) manakah yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis yang lebih baik antara siswa dengan teknofobia tinggi, sedang, atau rendah; 3) pada masing-masing kategori teknofobia, model pembelajaran manakah yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis yang lebih baik antara siswa yang memperoleh model pembelajaran blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog; 4) pada masing-masing model pembelajaran, manakah siswa yang menghasilkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis yang lebih baik antara siswa dengan teknofobia tinggi, sedang, atau rendah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental research dengan sampel 253 siswa SMAN di Kabupaten Karanganyar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, dan angket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariat dua jalur dengan sel tak sama, analisis variansi dua jalur dengan sel tak sama, dan Uji Scheffe’.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa : 1) Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang diberikan model pembelajaran blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog;Tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang diberikan model pembelajaran blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog. 2) Siswa dengan teknofobiarendah mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan teknofobia sedang maupun tinggi dan siswa dengan teknofobia sedang mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematis lebih baik daripada siswa dengan teknofobia tinggi. Siswa dengan teknofobiarendah mempunyai kemampuan penalaran matematis yang lebih baik dibandingkan dengan siswa teknofobia sedang maupun tinggi dan siswa dengan teknofobia sedang memunyai kemampuan penalaran matematis yang sama baiknya dengan teknofobia tinggi. 3) Siswa yang memiliki teknofobia, tinggi, sedang, dan rendah, kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan penalaran matematis siswa sama baiknya jika diberikan model pembelajaran blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog; 4) Model pembelajaran blended learningdengan menggunakan aplikasi Whatsapp, Classroom, dan Webblog;siswa dengan teknofobiarendah memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan teknofobia sedang maupun tinggi dan siswa dengana teknofobia sedang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih baik daripada siswa dengan teknofobiatinggi. Pada kemampuan penalaran matematis, siswa dengan teknofobiarendah memiliki kemampuan penalaran matematis yang lebih baik daripada teknofobia sedang maupun tinggi dan siswa dengan teknofobiarendah memiliki kemampuan penalaran matematis yang sama baiknya dengan teknofobiasedang.