Abstrak
Mantra pengasihan Jawa dalam kehidupan masyarakat jawa modern di wilayah Kabupaten Klaten (kajian sosiologi sastra)
Oleh :
Arif Hartarta - C0103008 - Fak. Sastra dan Seni Rupa
ABSTRAK
2008. Mantra Pengasihan Jawa dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Modern di Wilayah Kabupaten Klaten (Kajian Sosiologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana struktur yang membangun mantra, khususnya mantra Pengasihan Jawa sebagai sebuah bentuk sastra lisan dan sastra sebagian lisan di wilayah Kabupaten Klaten? (2) bagaimanakan prosesi pengamalan mantra Pengasihan Jawa yang ada di wilayah Kabupaten Klaten? (3) bagaimana respon masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten terhadap mantra Pengasihan Jawa yang kental dengan dunia kebatinan? (4) bagaimana fungsi mantra Pengasihan Jawa bagi masyarakat modern di Kabupaten Klaten?
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur yang membangun mantra, khususnya Mantra Pengasihan Jawa sebagai sebuah bentuk sastra lisan di wilayah Kabupaten Klaten. (2) Mengungkap prosesi pengamalan Mantra Pengasihan Jawa yang ada di wilayah Kabupaten klaten. (3) Mengungkap respon masyarakat di wilayah Kabupaten Klaten terhadap Mantra Pengasihan Jawa yang kental dengan dunia kebatinan. (4) Mendeskripsikan fungsi Mantra Pengasihan Jawa bagi masyarakat modern di Kabupaten Klaten.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hal ini mengigat bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan kalimat (teks mantra). Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal atau penelitian kualitatif yang bersifat kausal. Sumber data dan data primer dalam penelitian ini adalah mantra yang diturunkan secara lisan yang diperoleh dari narasumber yang terdiri dari kyai, dhukun, wong pinter, wong tuwa, dan paranormal. Sumber sekunder adalah teks mantra yang diambil dari buku karya Imam Suroso dan Hendro Basuki. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi secara langsung dan tidak langsung. Pertanyaan yang diajukan bersifat open ended, yaitu wawancara yang tidak terstruktur dan mengarah pada kedalaman informasi untuk mengungkap ‘yang menjadi rahasia’ mantra. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) untuk menganalisis mantra yang sudah berupa naskah, teknik kedua adalah teknik analisis interaktif untuk mengelompokkan data, dan ketiga adalah teknik triangulasi dengan sumber data untuk mengungkap identitas mantra.
Teori yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini adalah teori struktural, teori bunyi (purwakanthi), teori gaya bahasa atau majas, teori sosiologi sastra, konsep mantra menurut beberapa peneliti, konsep folklor, konsep mitos, dan konsep magis mistis. Semua teori tersebut digunakan untuk melihat mantra dari bentuk, fungsi, pengaruhnya terhadap masyarakat, dan makna.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) mantra memiliki struktur yang mirip dengan anatomi tubuh manusia yang terdiri dari tiga unsur utama yaitu kepala, tubuh, dan kaki, dan setiap unsur dibangun oleh beberapa komponen yang saling terikat menjadi sebuah kebulatan makna dan kekuatan. Komponen itu adalah: salam pembuka, niat, nama mantra, sugesti, visualisasi dan simbol, nama sasaran, tujuan, harapan, dan komponen salam penutup. Teks mantra memiliki unsur susastra yaitu gaya bahasa dan bunyi. Tidak semua mantra memiliki pola struktur yang ideal. Beberapa mantra pengasihan tergolong dalam mantra pelet atau gendam. (2) prosesi mantra antara pengamal satu dengan yang lain berbeda patrap, hal ini dikarenakan latar belakang guru yang memberikan mantra tersebut, latar belakang tradisi daerah masing-masing. (3) masyarakat kebatinan mengganggap mantra seperti jenis Mantra Pengasihan merupakan alat pemuas nafsu rendah duniawi dan akan menghalangi jalan kesempurnaan. Pernyataan yang senada adalah golongan masyarakat agamis yang mengatakan bahwa mantra dikategorikan sebagai sesuatu yang negatif. Lain halnya dengan pendapat masyarakat awam yang mengatakan bahwa apabila perlu dan mendesak maka mantralah jalan yang harus ditempuh selama tidak banyak merugikan diri sendiri dan kondisi sosial. (4) mantra memiliki fungsi sugesti, mitologi dan yang utama adalah fungsi magis mistis. Mantra mampu menambal ketidak percayaan diri seseorang. Fungsi mantra sangat luas tergantung jenis mantranya, khususnya untuk mantra pengasihan dalam penelitian ini berfungsi untuk mendapatkan balasan cinta dari lawan jenis serta mempererat pergaulan.