Abstrak


Perilaku spiritual peziarah di makam Sunan Tembayat, Desa Paseban, Bayat, Klaten 1980 – 2000


Oleh :
Anton Budi Prasetyo - C0501006 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK 2008 Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana perilaku peziarah di makam Sunan Tembayat 1980-2007 ? (2) Bagaimana tipologi peziarah dan respon masyarakat Desa Paseban terhadap praktek ziarah di situs makam Sunan Tembayat 1980 – 2000 ? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui secara lebih dalam perilaku peziarah di makam Sunan Tembayat. (2) Mengetahui secara lebih dalam tentang tipologi para peziarah dan respon kelompok sosial keagamaan terhadap tradisi ziarah di Desa Paseban Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode ini meliputi empat tahap, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui studi dokumen, observasi, dan wawancara. Studi dokumen meliputi pemanfaat arsip dan dokumen di kantor kelurahan Paseban, BPH, Kantor Ranting Muhammadiyah, NU, dan Perpustakaan Nasional. Observasi lapangan secara langsung di makam Sunan Tembayat. Adapun teknik wawancara bersifat wawancara mendalam (depth interview) dengan sejumlah informan diantaranya perangkat desa, pimpinan rombongan ziarah (kyai), kepala BPH, juru kunci, tokoh NU dan Muhammadiyah. Simpulan dari penelitian ini meliputi beberapa hal : (1) Makam Sunan Tembayat dalam tahun 1980-2000 telah mengalami pengaruh signifikan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas ziarah. Mereka melakukan praktek ziarah didasarkan atas pemahaman dan keyakinan terhadap sosok Sunan Tembayat. Dalam tiga dasawarsa itu, tradisi lokal (ziarah) mendapatkan ruang ekspresi spiritual oleh kebijakan negara di masa Orde Baru (Presiden Soeharto) dan masa Orde Reformasi atau pemerintahan Abdurahman Wahid. Kedua rezim pemerintahan tersebut memiliki perhatian terhadap tradisi-tradisi lokal masyarakat. (2) Tipologi peziarah di makam sunan Tembayat di kategorikan dalam pembagian varian penggolongan sosio-religio-kultural. Berbagai upacara ritual dalam konteks penggolongan sosial keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, dan Abangan berimplikasi pada pilihan tindakan yang berbeda.