Abstrak


“Syair Sindiran”: suntingan teks, analisis struktur, dan fungsi.


Oleh :
Agustin Darmawati - C0204004 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK 2008. Permasalahan dalam penelitian ini ada tiga hal, yaitu (1) bagaimana suntingan teks Syair Sindiran?, (2) bagaimana struktur teks Syair Sindiran?, dan (3) apa fungsi teks Syair Sindiran? Tujuan penelitian ini adalah (1) menyajikan suntingan teks Syair Sindiran (2) mendeskripsikan struktur teks yang terdapat dalam Syair Sindiran, dan (3) mengungkapkan fungsi Syair Sindiran. Sumber data penelitian ini adalah naskah “Syair Sindiran” dengan kode ML 88 dari W 235 yang tersimpan di Perpustakkan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Naskah ini merupakan naskah tunggal. Oleh karena itu, metode penyuntingan teks SS menggunakan metode standar, yaitu menerbitkan teks dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajekkan. Tulisan-tulisan yang rusak, salah, atau kosong sepanjang masih bisa direkonstruksi akan diperbaiki dan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode yang memberikan uraian yang menjadi masalah, menganalisis, dan menafsirkan data yang ada dan tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur statistik (metode penelitian yang tidak terukur dengan angka-angka). Berdasarkan penelitian terhadap naskah Syair Sindiran, maka dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, berkaitan dengan suntingan teks ditemukan beberapa kesalahan salin tulis, yaitu 5 lakuna, 4 adisi, 12 substitusi, dan 1 transposisi. Di samping itu, juga ditemukan ketidakkonsistenan penulisan s, g, dan k. Kedua, stuktur Syair Sindiran terdiri dari citra, gaya bahasa kiasan, simbol, tema, dan amanat. Citra meliputi citra pendengaran, citra penglihatan, citra gerak, citra rasa, dan citra gabungan. Gaya bahasa kiasan meliputi perbandingan atau simile, metafora, dan personifikasi. Struktur lain dalam Syair Sindiran adalah simbol. Simbol terbagi menjadi tiga, yaitu (1) simbol universal, yaitu simbol universal dari menangis dan gadis atau wanita cantik yang dilanda kesedihan, (2) simbol kultural, disimbolkan dengan kebudayaan Islam yang ditunjukkan dengan pemakaian istilah Bismillahirohmanirrohim, Nabi Muhammad, astagfirullah, dan Allah. Simbol kultural lain, disimbolkan dengan istilah ikan dan perahu yang menunjukan dengan tradisi masyarakat Melayu sebagai seorang pelaut, (3) simbol individual disimbolkan dengan istilah hangus (kegagalan, kepahitan, kepedihan), dagang (upaya seorang yang lata dan miskin agar diterima masyarakat), bencana (penderitaan), masuk penjara (tertekan dan terkucil), demikian hidup berlari mati (harus berusaha mempertahankan kehidupan meskipun sulit dan banyak rintangan). Tema dalam SS adalah ketidakadilan, kekayaan dan kemiskinan, persahabatan, serta keimanan. Amanat meliputi, nasihat agar menghargai sesama manusia, ajaran berserah diri, memohon kepada Allah, dan bersyukur kepada Tuhan YME. Ketiga, fungsi SS adalah fungsi keindahan dan fungsi kemanfaatan. Fungsi keindahan yang terdapat dalam SS adalah ditunjukan adanya penggunaan kata basmalah sebagai wujud permohonan kepada Tuhan sebelum membuat karya sastra. Di samping itu, disebut Nabi Muhhamad sebagai penghulu manusia. Kata tersebut menunjukan harapan penyair agar karya sastra yang dibuatnya dapat bermanfaat bagi pembacanya dalam bersikap terhadap sesama manusia. Mengharapkan rahmat daripada Tuhanya merupakan ungkapan penyair sebagai wujud kepercayaan yang mendalam terhadap Tuhan YME. Penggunaan istilah jauhar, ghoni, dan memandang Allah punya kebesaran menunjukan bahwa Allah dianggap memiliki kekuatan yang tidak terbatas dan serba sempurna. Semua keindahan yang ditampilkan bertujuan agar proses penciptaan karya sastra bisa berhasil. Fungsi kemanfaatan yang terdapat dalam SS adalah kearifan hidup (bijaksana), hidup bermasyarakat (cinta sesama, pantang menyerah, beretos kerja tinggi, berpikir dan berbuat positif), dan ajaran religius (hidup beragama, berdoa dan percaya kepada Tuhan).