Abstrak


Novel Perempuan Badai karya Mustofa W. Hasyim tinjauan kritik sastra feminis


Oleh :
Riza Ayu Pradani - C0203053 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK Riza Ayu Pradani. C0203053. 2007. “Novel Perempuan Badai Karya Mustofa W. Hasyim: Tinjauan Kritik Sastra Feminis”. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Representasi Feminisme oleh pengarang melalui novel PB (2) Ide-ide feminis wanita yang dihadirkan melalui reprersentasdi wanita dalam novel PB Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengungkapkan representasi feminisme oleh pengarang melalui novel PB. (2) Mengungkapkan ide-ide feminis wanita yang dihadirkan melalui representasi tokoh wanita dalam novel PB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik membaca sebagai wanita. Pendekatan yang digunakan adalah kritik sastra feminis. Data penelitian ini adalah data deskriptif kualitatif berbentuk kata-kata dan kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel PB karya Mustofa W. Hasyim, Penerbit P_Idea, cetakan ke 1, tahun 2006. Sumber data penelitian ini adalah novel PB karya Mustofa W Hasyim. Objek formal penelitian ini representasi feminisme yang dihadirkan oleh pengarang melalui novel PB dan ide-ide feminis yang dihadirkan melalui representasi tokoh wanita dalam novel PB dalam novel PB Karya Mustofa W. Hasyim. Objek material penelitian ini berupa novel PB karya Mustofa W. Hasyim, cetakan I tahun 2006, penerbit P_Idea Yogyakarta, jumlah halaman 180. Data diperoleh dengan teknik studi pustaka. Proses pengolahan data menggunakan langkah-langkah memilih karya yang akan dijadikan objek penelitian, pemilihan data, penganalisaan, dan penarikan kesimpulan. Dari analisis dapat disimpulkan novel PB dapat dikaji dengan tinjauan kritik sastra feminis karena novel ini dinilai banyak merepresentasikan paham feminis. Kritik sastra feminis adalah suatu alat untuk mengamati dalam sebuah pengetahuan baru yang dikonsep dengan mengembalikan komponen yang tidak tampak dari gender dalam semua tulisan yang dihasilkan oleh manusia dan ilmu pengetahuan sosial (KK. Ruthven 1985:24). Pengkajian terhadap novel PB mengungkap fenomena bahwa novel ini digunakan sebagai alat bagi pengarang untuk mengukuhkan paham androsentris, yaitu suatu paham yang berpusat pada kekuasaan pria. Kritik sastra feminis mempunyai tujuan untuk membongkar asumsi androsentris yang diciptakan pengarang melalui karya sastranya Upaya pembongkaran asumsi tersebut dapat dilakukan dengan meneliti representasi feminisme yang dimunculkan teks beserta ide-ide feminis yang dihadirkan teks melalui novel PB. Novel PB dinilai menarik karena dibuat oleh pengarang pria. Banyak kalangan yang menyangsikan kemampuan teks pria dalam mengungkapkan wanita karena mereka tidak mengalami hal yang dialami wanita seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui. Hal lain yang menarik adalah latar belakang sosial budaya Jawa dan pendidikan agama Islam mempengaruhi teks dalam menciptakan novel PB. Sosial budaya dan pendidikan agama membuat teks mengalami perbedaan pandangan dengan feminisme mengenai hakikat kodrat pada wanita. Kodrat merupakan ketentuan yang berasal dari Tuhan YME. Pengarang berpendapat bahwa melayani suami dan melakukan pekerjaan domestik adalah salah satu kodrat bagi wanita. Menurut feminisme kodrat wanita adalah mengandung melahirkan, dan menyusui anaknya. Kodrat wanita seperti yang dikemukakan teks menurut feminisme bukanlah berasal dari Tuhan YME, namun hasil dari kostruksi budaya dan sosial masyarakat yang melekat pada wanita atau disebut stereotipe. Stereotipe dapat diasosiasikan sebagai pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu Mansour Fakih, 1996:16). Bagi kaum feminis, mengandung, melahirkan, dan menyusui disebut kodrat karena bersumber dari Tuhan YME. Melayani suami dan mengerjakan pekerjaan domestik bukan suatu kodrat karena bukan berasal dari Tuhan YME. Hakikat kebebasan mengelola tubuh didefinisikan berbeda oleh kalangan feminis dan pengarang. Kalangan feminis berpendapat bahwa kebebasan bukan berarti kebebasan untuk melakukan apa saja. Menurut Simone de Beauvoir (dalam Shirley Lie, 2005:70), kebebasan tidak berarti kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang membatasi menuju masa depan, tetapi juga mau mengakui eksistensi orang lain sebagai kebebasan yang juga dapat menentukan kondisi dan kebebasan. Simone de Beauvoir (dalam Shirley Lie, 2005: 86) berpendapat bahwa, pembebasan tubuh untuk berekspresi dalam situasi ekonomi, sosial, dan budaya. Perempuan yang bisa menentukan sendiri nilai-nilai yang dihayatinya dalam kebertubuhannya dan mengkonkretkannya dalam aktivitas secara bebas. Sementara itu, hakikat kebebasan wanita untuk mengelola tubuh menurut teks adalah mengelola tubuh secara otoriter tanpa mempedulikan eksistensi orang lain dan pembebasan tubuh wanita berarti harus hidup mandiri tanpa tergantung oleh laki-laki. Pengarang menganggap feminisme radikal membuat wanita mengingkari kodratnya dan menjadi pemberontak terhadap konstitusi politik, ekonomi, sosial ,dan budaya dalam masyarakat. Pengarang merasa resah terhadap kehadiran feminisme dalam kehidupan wanita. Ia mewujudkan sikap kontranya terhadap feminisme melalui novel PB. Pengkajian lebih dalam terhadap representasi feminisme dan ide-ide feminis yang dihadirkan teks dalam novel PB mengungkap kecenderungan bahwa teks menggunakan ide-ide feminisme sebagai senjata untuk melawan kehadiran feminisme itu sendiri dengan menciptakan asumsi bahwa kehadiran feminisme membawa pengaruh buruk kepada wanita. Teks mengungkapkan hal tersebut melalui peristiwa-peristiwa dalam novel PB. Representasi feminisme dan ide-ide feminis yang dihadirkan teks berupa otoritas wanita untuk mengelola tubuhnya dengan cara pelepasan jilbab, memotong rambutnya seperti laki-laki, wanita merasa memiliki hak untuk mau atau tidak mempunyai anak, dan wanita tidak perhatian pada suaminya dengan memilih sibuk pada urusannya sendiri, merupakan senjata yang digunakan teks untuk menyerang feminisme. Ide-ide feminis digambarkan membawa dampak negatif bagi wanita. Kehadiran feminisme radikal dinilai sebagai penyebab wanita memberontak konstitusi politik, agama, sosial dan budaya. Selain itu feminisme disebut sebagai penyebab wanita mendapatkan cemoohan dari masyarakat, wanita dinilai membuat malu dan mengecewakan keluarga, wanita tidak dapat dijadikan contoh, wanita berperilaku menyimpang dengan menjadi lesbian, hubungan suami istri menjadi renggang, suami memilih untuk melampiaskan nafsunya dengan pembantu rumah tangga, dan menyebabkan kehidupan rumah tangga menjadi retak. Pengarang menghadirkan ide feminis bersifat penyeruan kepada wanita agar keluar dari dominasi dalam sektor domestik. Dominasi yang dikukuhkan oleh konstitusi agama, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang menyebabkan wanita berada dalam posisi inferior terhadap pria. Sesungguhnya usaha teks dalam memunculkan ide feminis mengimplementasikan sikap kontra terhadap feminisme. Ide-ide feminis digunakan teks sebagai alat untuk menyerang balik feminisme. Ide-ide feminis dihadirkan membawa dampak negatif bagi wanita karena dinilai dapat menyebabkan hubungan suami istri menjadi rengang dan membuat kehidupan rumah tangga menjadi retak. Di dalam mengemukakan representasi feminisme dan ide-ide feminis pengarang juga menyisipkan asumsi androsentris karena tidak ingin ditekan, dikuasai, dan disaingi wanita. Untuk itu teks merepresentasikan anti feminis, contohnya suami dapat melampiaskan kebutuhan seksualnya dengan pembantu rumah tangga karena tidak dilayani istrinya untuk berhubungan biologis, suami berkuasa untuk menceraikan istrinya, suami berhak untuk menggauli dan mengesksploitasi tubuh istrinya untuk memuaskan nafsunya, seorang lelaki dapat memiliki istri lebih dari satu, dan wanita berkewajiban menghindari untuk melakukan hal-hal yang bersifat membangkitkan syahwat kaum pria.