;

Abstrak


Adaptasi Komunikasi terhadap Kecemasan dan Ketidakpastian di Kalangan Mahasiswa Relawan Program Global Volunteer


Oleh :
Dyah Ayu Nurindra - S231908006 - Sekolah Pascasarjana

Pada era globalisasi, bertemu dan menjalin komunikasi lintas budaya sangat biasa dilakukan. Banyak hal yang didapat saat mahasiswa mengikuti kegiatan di luar negeri. Namun, saat terjadi kontak dengan orang asing dengan konteks beda budaya dan negara, akan menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian. proses adaptasi diperlukan sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat lokal.

Tujuan penelitian ini untuk memperlihatkan bagaimana kecemasan dan ketidakpastian terjadi meskipun durasi kontak dengan orang asing terbilang singkat, yaitu lima hingga delapan minggu. Kemampuan individu untuk mengelola kecemasan dan ketidakpastian akan dianalisis menggunakan teori manajemen  kecemasan dan ketidakpastian Gudykunst. Penelitian ini juga memperlihatkan adaptasi komunikasi yang terjadi  selama kontak tersebut terjadi. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu dengan pendekatan sampling kebetulan dengan 13 informan yang merupakan returnee dari Korea Selatan, Tiongkok, dan India, dimana wawancara dilakukan dengan menggunakan panggilan Whatsapp.

Hasilnya ditemukan bahwa saat relawan mahasiswa bersiap untuk pergi ke luar negeri, terdapat beberapa bentuk kecemasan dan ketidakpastian, yaitu: 1) Bentuk kecemasan: adanya masalah penerbangan dan izin orang tua. 2) Bentuk ketidakpastian: hambatan dalam proses aplikasi visa dan ketidakpastian tentang jumlah juga negara asal relawan lain dalam satu program. Tingkat kecemasan dan ketidakpastian pada tahap ini dinilai cukup tinggi. Namun, para calon peserta pada saat itu juga merasakan kegembiraan dan semangat bahwa mereka terpilih untuk menjadi relawan AIESEC di luar negeri. Ada juga bentuk kecemasan dan ketidakpastian ketika relawan mahasiswa pergi ke luar negeri, yaitu: 1) Bentuk kecemasan tersebut antara lain: cemas akan situasi di negara tujuan, bahasa, pergi sendiri, barang hilang, dan makanan tidak halal.

Kemudian, hasil yang ditemukan dalam adaptasi komunikasi yaitu mahasiswa relawan menggunakan identitas budaya Indonesia saat berinteraksi dengan budaya tuan rumah. Sehingga mahasiswa relawan berhasil menyatukan aspek budaya dari kedua kelompok untuk bisa bersama yang kemudian disebut  dengan multikulturalisme.