Abstrak


Istilah – Istilah dalam Proses Pembuatan Kerajinan Wayang Kulit di Sanggar Asto Kenyo Art Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri (Suatu Kajian Etnolinguistik)


Oleh :
Aminah Permata Sari - B0117007 - Fak. Ilmu Budaya

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu : (1) bentuk  istilah yang terdapat dalam pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art; (2) makna leksikal dan makna gramatikal istilah pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art; (3) makna kultural istilah-istilah dalam pembuatan wayang kulit di Sanggar Asta Kenyo Art.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan bentuk istilah-istilah yang terdapat dalam pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art; (2) menjelaskan makna leksikal dan gramatikal istilah-istilah pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art; (3) mengungkapkan makna kultural istilah-istilah pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art.Landasan teori penelitian ini adalah pengertian wayang kulit, makna, istilah, bentuk istilah, masyarakat bahasa, dan etnolinguistik.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian dasar (basic research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Data penelitian ini yaitu data lisan yang berupa tuturan informan pengrajin wayang kulit. Sumber data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa informan pengrajin wayang kulit. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa metode simak. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode distribusional dan metode padan.
Hasil analisis dari penelitian ini yaitu : (1) proses pembuatan wayang kulit di Sanggar Asto Kenyo Art Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri memiliki istilah sejumlah 29 (dua puluh sembilan) yang meliputi alat, bahan, dan proses pembuatan, yaitu : kampak, amplas, gandhen, tatah, bolpen, lilin, kuas, palet, gapit, sungging. jangka, gawangan, pandhukan, tindhihan, garisan, asahan, dipenthang, dikerok, diamplas, nyorek, ditatah, mbedhah, ngadus, kulit mentah, sungu sapi, paku corekan, pewarna kulit, prada emas, pasang gapit; (2) beberapa istilah tersebut dapat dikelompokkan menjadi bentuk monomorfemis yang berjumlah 12 (dua belas), yaitu : kampak, amplas, gandhen, tatah, bolpen, lilin, kuas, palet, gapit, sungging. Jangka, cet. Bentuk polimorfemis 12 (dua belas), yaitu : gawangan, pandhukan, tindhihan, garisan, asahan, dipenthang, dikerok, diamplas, nyorek, ditatah, mbedhah, ngadus . sedangkan bentuk frasa berjumlah 5 (lima), yaitu : kulit mentah, sungu sapi, paku corekan, prada emas, pasang gapit; (3) makna leksikal yang menunjuk makna dasar istilah tersebut, makna gramatikal yaitu makna yang akan muncul setelah adanya proses gramatikal, dan makna kultural yaitu makna yang dimiliki oleh masyarakat khususnya masyarakat Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri yang berhubungan dengan perkembangan kebudayaan masyarakat sekitar yang berisikan ajaran – ajaran luhur bagi manusia agar tercapai keselamatan dunia dan akhirat.

Kata Kunci : wayang kulit, Asto Kenyo Art, etnolinguistik