Abstrak


Kajian Serapan CO2 dan Karbonasi pada Beton Mutu Tinggi Memadat Mandiri dengan Metakaolin 12,5?n Variasi Agregat Limbah Pecahan Keramik


Oleh :
Mahendra Paramanandana Raharjo - I0118084 - Fak. Teknik

Mahendra Paramanandanana Raharjo, 2022, Kajian Serapan CO2 dan Karbonasi pada Beton Mutu Tinggi Memadat Mandiri dengan Metakaolin 12,5% sebagai Subtitusi Semen dan Variasi Agregat Limbah Pecahan Keramik, Tugas Akhir, Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam konstruksi beton, mutu, durabilitas dan kekuatan beton merupakan syarat yang utama. Namun saat ini, selain mutu beton ada aspek lain yang sangat diperhatikan yaitu sustainable aspect. Pembangunan infrastruktur sekarang ini diharapkan untuk ramah terhadap lingkungan dengan cara, penggunaan sumber daya alam secara efisien atau dengan memanfaatkan limbah dari proses konstruksi. Pada lingkungan di negara beriklim tropis, memungkinkan beton mengalami karbonasi yang akan mempengaruhi durabilitas beton karena dapat menyebabkan korosi pada tulangan beton. Oleh karena itu, dikembangkan High Strength Self Compacting Concrete (HSSCC) dengan penambahan variasi agregat limbah pecahan keramik sebagai subtitusi agregat kasar. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan agregat limbah pecahan keramik dengan kadar 0%; 20%; 30?n 40?ri total berat agregat kasar terhadap serapan CO2 dan karbonasi pada beton HSSCC. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental. Benda uji yang digunakan yaitu beton dengan bentuk silinder berukuran tinggi 15 cm dan diameter 7,5 cm. Pengujian serapan CO2 dilakukan dengan cara merendam benda uji ke dalam larutan karbonat 4% selama 10+0,5 menit dan 24 jam kemudian ditimbang dalam keadaan SSD dan dibandingkan dengan berat kering ovennya. Pengujian kedalaman karbonasi dilakukan dengan cara merendam benda uji ke dalam larutan karbonat 4% selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari untuk selanjutnya dibelah menggunakan Compression Testing Machine (CTM) kemudian disemprot dengan menggunakan indikator phenolphthalein 1%, setelahnya bagian yang tidak berubah warna diukur panjangnya menggunakan jangka sorong. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diperoleh nilai serapan CO2 dan karbonasi terendah pada beton HSSCC dengan penggunaan kadar 20% agregat limbah pecahan keramik. Penambahan agregat limbah pecahan keramik dengan kadar 20% menurunkan nilai serapan sebesar 52,99% pada perendaman 10+0,5 menit, 37,84% pada perendaman 24 jam dan koefisien karbonasi nominal sebesar 49,18?ri beton HSSCC tanpa limbah pecahan keramik. Penurunan nilai serapan akan membuat beton lebih tahan terhadap larutan yang dapat merusak tulangan beton dan penurunan nilai koefisien karbonasi nominal menyebabkan waktu yang dibutuhkan CO2 untuk masuk ke dalam beton hingga mencapai tulangan menjadi lebih lama dan masa layan beton dapat meningkat.