Abstrak


Tindak Tutur Ekspresif dan Kesantunan dalam Proses Konseling di Universitas Gunadarma


Oleh :
Tri Budiarta - T131308003 - Sekolah Pascasarjana

Penelitian pragmatik ini memaparkan tindak tutur ekspresif dan strategi kesantunannya yang dilakukan oleh konselor dan klien dalam proses konseling di laboratorium konseling Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Kajian ini  membahas jenis-jenis dan fungsi tindak tutur ekspresif dan kesantunan tindak tutur ekspresif yang terjadi dalam proses konseling serta dampak  setelah terlaksananya proses konseling bagi klien.
Kajian ini dilakukan dengan metode pendekatan pragmatik. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah, (1) mengidentifikasi sub-sub jenis tindak tutur ekspresif dan fungsi dalam proses konseling di Universitas Gunadarma, (2) menjelaskan dan menganalisis strategi kesantunan TTE yang diterapkan. Kaidah kesantunan dari Brown dan Levinson digunakan sebagai acuan untuk menguji tuturan kesantunan ekspresif dari para penutur, (3) menjelskan keterkaitan sub-sub jenis TTE terhadap strategi kesantunan, (4) menjelaskan dampak setelah terlaksananya proses konseling. Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa yang konseling di laboratorium konseling di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa tindak tutur ekspresif dalam proses konseling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipasi pasif dan perekaman dengan CCTV, mencatat dalam bentuk dialog. Metode analisis data menggunakan metode cara – tujuan, metode heuristik,dan metode isi/kontekstual.
Temuan tindak tutur ekspresif dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahapan proses konseling, Pertama, Tahap Membangun Hubungan terdiri atas sub-tindak tutur (1) Ucapan selam, (2) memuj , (3) minta maaf, (4) terima kasih.  Kedua, Tahap Identifikasi Masalah terdiri atas sub-tindak tutur (1) memuji, (2) menyesal, (3) mengeluh , (4)  ketakutan, (5) kecemasan, (6) kecewa, (7) kebingunagan, (8) tidak setuju, Ketiga, Tahap Memfasilitasi Perubahan Terapeutis terdiri atas sub-tindak tutur (1) minta maaf, (2) memuji, (3) mengkritik, (4) menyalahkan, (5) setuju. Keempat, Tahap Evaluasi dan Terminasi terdiri atas sub-tindak tutur  (1) memuji, (2) minta maaf, (3) terima kasih, (4) rasa senang, (5) setuju, (6) harapan. Strategi kesantunan yang direalisasikan dalam  proses konseling berupa kesantunan positif terdiri dari strategi kesantunan keakraban, strategi kesantunan dengan memberikan kebutuhan klien, strategi kesantunan memberikan perhatian dan mengintensifkan perhatian, strategi kesantunan memberikan penghargaan, strategi kesantunan mengupayakan kesepakatan, dan strategi kesantunan dengan mempertimbangkan pengetahuan dan keinginan klien. Strategi kesantunan tersebut sudah terealisasikan dalam sub-sub jenis tindak tutur ekspresif dalam peristiwa konseling. Adapun sub-sub jenis tindak tutur ekspresif yang ada dalam  proses konseling yang diolah dengan realisasi kesantunan, peneliti  klasifikasikan  menjadi empat  tahap: Pertama, tahap membangun hubungan terdiri atas 4 jenis sub tindak tutur ekspresif, yaitu ucapan selamat, memuji, minta maaf, dan terima kasih. Masing-masing TTE tersebut memiliki bentuk dan fungsi yang beragam. TTE ucapan selamat berfungsi sebagai strategi kesantunan keakraban untuk menunjukkan sifat  ramah (grapyah). TTE memuji berfungsi sebagai strategi memberikan perhatian untuk menyenangkan dan membangun kepercayaan klien. TTE minta maaf berfungsi sebagai strategi keakraban membangun keterikatan dan kedekatan. Tuturan  ucapan terima kasih berfungsi sebagai strategi kesantunan keakraban  perwujudan bentuk apresiasi. Kedua, identifikasi  masalah, Konselor mendiskusikan dengan Klien apa yang ingin dapatkan dari proses konseling. Konselor melakukan eksplorasi dan mengidentifikasi masalah serta mendiagnosis apa masalah dan hasil apa yang diharapkan dari konseling. Sub-sub jenis tindak tutur ekspresif terdoro dari memuji, menyesal, mengeluh, ketakutan, kecemasan, kekecewaan, kebingungan, tidak setuju. Tuturan memuji berfungsi sebagai strategi memberikan perhatian dan mengintensifkan perhatian agar tercipta hubungan yang serius dan santai. TTE menyesal berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian selanjutnya mendapatkan solusi atau masukan dari konselor. TTE mengeluh berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian dan mengharapkan masukan dan solusi dari konselor. TTE ketakutan    berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian agar mendapatkan solusi atau masukan dari konselor. TTE kecemasan berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian agar konselor dapat memberikan saran-saran yang mungkin akan terjadi. TTE kecewa berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian agar mendapatkan solusi atau masukan dari konselor. TTE rasa bingung berfungsi sebagai strategi kesantunan mendapatkan perhatian dari konselor agar dapat memberikan saran-saran yang diharapkan.  Ketiga peristiwa konseling adalah memfasiitasi perubahan. Tahapan ini konselor mencari strategi dan intervensi yang dapat memudahkan perubahan.  Sub-sub jenis TTE terdiri dari TTE minta maaf berfungsi sebagai  strategi menjaga komunikasi terjalin akrab bertujuan  memperbaiki keadaan sosial antara konselor dan klien. TTE memuji berfungsi sebagai strategi kesantunan mengintensifkan perhatian dan memberikan penghargaan. TTE mengkritik berfungsi sebagai strategi kesantunan   memberikan  perhatian dan  mencari kesepakatan atas pendapat dan sikap klien. TTE menyalahkan  berfungsi sebagai strategi kesantunan untuk mencapi kesepakatan solusi terdadap permasalahn klien. TTE setuju berfungsi sebagai strategi kesantunan mencapai kesepakatan. Keempat adalah evaluasi dan  terminasi.   Konselor bersama klien mengevaluasi terhadap hasil proses konseling yang telah dilakukan dan mempunyai isi pesan yang positif untuk menghormati dan mempunyai harapan di lain kesempatan dapat tindak lanjut terjadinya proses konseling kembali. Sub-sub jenis TTE yang muncul  tuturan memuji berfungsi sebagai strategi  memberikan perhatian dan empati atas berlangsungnya proses konseling serta memberikan penghargaan. TTE minta maaf berfungsi sebagai strategi kesantunan keakaraban bertujuan menjaga komunikasi terjalin hangat. TTE ucapan terima kasih berfungsi sebagai strategi kesantunan keakraban dalam wujud apresiasi atas konseling yang telah dilaksanakan dan mengakhiri proses konseling. Tututan rasa senang berfungsi sebagai strategi  kesantunan memenuhi kebutuhan klien. TTE setuju berfungsi sebagai strategi kesantunan mencapai kesepakatan. TTE harapan berfungsi sebagai strategi  kesantunan dengan mempertimbangkan pengetahuan dan keinginan klien.  Tindak tutur dalam proses konseling dapat menjadi indikator keberhasilan konseling. Adapun dampak setelah terjadinya konseling yang dapat peneliti simpulkan adalah  pertama, adanya perubahan emosional klien dengan adanya perubahan menghadapi permasalahan dengan lebih tenang, kedua adanya perubahan pola pikir mula-mula klien mudah cemas kemudian setelah konseling dapat berpikir dengan fokus, ketiga adanya perubahan perilaku, setelah menyadari kesalahan yang telah dilakukan maka berupaya tidak melakukan kesalahan lagi dalam bertindak.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, kajian pragmatik ini menghasilkan tiga teoritis, pertama jenis tuturan memuji memiliki frekuensi yang paling dominan yang selalu muncul dalam setiap tahap proses konseling agar komunikasi terjadi dengan suasana kekeluargan, kehangatan, kenyamanan dan peneliti menemukan tindak tutur ekspresif harapan. Kedua, kesantunan tuturan ekspresif dapat digunakan pintu masuk konseling, memotivasi, dan mempertahankan kenyamanan berkomunikasi. Ketiga, strategi tuturan yang digunakan penutur menentukan kaidah kesantunan positif  Brown dan Levinson yang dipatuhi oleh penutur. Adapun temuan sub tindak tutur ekspresif yang baru timdak tutur menyesal, mengeluh, ketakutan, kecemasan, kebingungan, harapan.
 
Kata Kunci: pragmatik, proses konseling, tindak tutur ekspresif, strategi kesantunan