Latar Belakang: Ikterus neonatorum mudah ditemukan pada awal kehidupan bayi baru lahir. Prevalensi di Indonesia bervariasi antara 8% sampai 15%. Faktor risiko yang telah diteliti sebagai penyebab ikterus neonatorum antara lain adalah faktor maternal dan neonatal. Faktor maternal antara lain usia ibu, jumlah kelahiran atau paritas, infeksi ibu sedangkan factor neonatal antara lain berat lahir, usia gestasi, dan infeksi neonatus serta adanya inkompatibilitas ABO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perbedaan golongan darah ibu dan bayi dengan terjadinya icterus neonatorum.
Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan disain potong lintang. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis bayi baru lahir yang dirawat di RS Nirmala Suri Sukoharjo, dari bulan Januari 2021 sampai dengan Juli 2021. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling, dibagi dalam 2 kelompok yaitu 65 bayi kelompok ikterus neonatorum dan 65 bayi kelompok bukan ikterus neonatorum. Data yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif dan analitik menggunakan uji Chi square dan multivariat regresi logistik.
Hasil: Prevalensi ikterus neonatorum pada penelitian ini sebesar 33,3%. Dari uji Chi square hubungan antara faktor maternal dan neonatal dengan terjadinya ikterus neonatorum didapatkan bahwa bayi yang mengalami asfiksia neonatorum memiliki risiko terjadinya icterus neonatorum sebesar 5,4 kali lebih besar dibanding bayi yang lahir tanpa asfiksia dengan nilai p 0,002 dan interval kepercayaan 95% 1,705-17,108. Sedangkan bayi yang berbeda golongan darahnya dengan ibu berisiko menderita ikterus neonatorum dengan risiko sebesar 2,9 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang golongan darahnya sama dengan ibu.
Simpulan: Perbedaan golongan darah ibu dan bayi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap terjadinya ikterus neonatorum pada bayi baru lahir.
