Abstrak


PERAN LEMBAGA PPAP SEROJA SURAKARTA DALAM PROGRAM KAKAK ASUH SEROJA (ProKAS)


Oleh :
Mutia Nabila Nurminnandha - D0318040 - Fak. ISIP

Pendidikan menjadi salah satu faktor agar masyarakat dapat bertahan untuk menghadapi tuntutan arus globalisasi. Fenomena anak marginal yang saat ini masih dihadapi oleh bangsa Indonesia karena faktor kemiskinan dan sosial lainnya masih banyak jumlahnya. Lembaga PPAP Seroja hadir dengan memberikan wadah bagi anak marginal khususnya anak yatim dan dhuafa yang berada di luar panti untuk dapat melanjutkan sekolah dengan memberikan santunan dan pembinaan setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Lembaga PPAP Seroja Surakarta dalam Program Kakak Asuh Seroja (ProKAS) dalam memberikan pembinaan kepada anak yatim dan dhuafa. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi pustaka maupun dokumentasi. Informan penelitian merupakan pengurus ProKAS, koordinator wilayah, anak yatim dan dhuafa beserta orang tua atau wali. Menggunakan teori Fungsionalisme Struktural dengan skema AGIL oleh Talcott Parsons. Validitas data menggunakan tekniktriangulasi sumber kemudian dianalisis dengan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ProKAS memberikan kemudahan bagi anak yatim dan dhuafa dengan kegiatan yang dilakukan sehingga anak menjadi lebih semangat dan mengutamakan pendidikan. Pembinaan yang dilakukan berbasis agama seperti BTA, Tahfidz dan motivasi lain setiap bulan dibarengi dengan penyaluran santunan dari donatur. Lembaga PPAP Seroja memposisikan diri sebagai Community Worker dengan empat peran yaitu fasilitator, edukasional, perwakilan masyarakat dan peran teknis lainnya. Dalam proses keberjalanan program terdapat faktor pendorong berupa partisipasi anak yatim dan dhuafa beserta orang tua atau wali, komitmen pengurus ProKAS dan relawan dalam mengentaskan kondisi anak yatim dan dhuafa, serta donasi dari para donatur. Sedangkan faktor penghambat adalah Kurangnya keaktifan dari anak yatim dan dhuafa beserta orang tua atau wali pada saat pembinaan, kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) sebagai penggerak program, ketidaktersediaan sarana komunikasi bagi beberapa anak yatim dan dhuafa, dan donatur menjadi satu satunya sumber dana program.