;
Vaksin jenis inactivated merupakan vaksin yang diberikan kepada tenaga kesehatan di Indonesia menghadapi pandemi COVID-19 dan memiliki keterbatasan dalam memicu respons imun seluler yang berakibat pada kemampuan pembentukan antibodi severe acute respiratory syndrome-coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Pemeriksaan jumlah NK Cells dan Rasio CD4+/CD8+ adalah pemeriksaan yang dapat melihat respons imun seluler dan pemeriksaan limfosit absolut adalah pemeriksaan yang dapat melihat respons imun humoral. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah vaksin jenis inactivated terbukti memiliki kemampuan untuk memicu respons imun seluler dengan melihat korelasi terhadap pembentukan antibodi SARS-CoV-2.
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional untuk mencari korelasi antara jumlah NK Cells, limfosit absolut, rasio CD4+/CD8+ dengan antibodi SARS-CoV-2 pada 50 tenaga kesehatan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi pasca vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua menggunakan vaksin jenis inactivated. Pemeriksaan jumlah NK Cells, sel T CD4+, sel T CD8+ menggunakan alat BD FACSCanto™ II dan pemeriksaan jumlah limfosit absolut menggunakan alat Mindray BC6800 dengan metode flowcytometry. Analis statistik dengan uji korelasi Spearman Rank, signifikan pada p lebih kecil dari 0,05.
Rerata jumlah NK Cells didapatkan 440,63±231,30 sel/µl, jumlah limfosit absolut 2.120±231,30 sel/µl dan rasio CD4+/CD8+ 1,36±0,77. Hasil uji korelasi positif sedang rasio CD4+/CD8+ dan jumlah limfosit absolut memperlihatkan nilai signifikan dengan parameter antibodi SARS-Cov-2 (r=0,421 p=0,002 dan r=0,481 p lebih kecil dari 0,001) serta korelasi positif lemah antara jumlah NK Cells dengan antibodi SARS-CoV-2 (r=0,315, p=0,026).
Terdapat korelasi positif yang signifikan pada seluruh parameter jumlah NK Cells, limfosit absolut, rasio CD4+/CD8+ terhadap antibodi SARS-CoV-2. Hasil korelasi positif membuktikan bahwa vaksin inactivated memiliki kemampuan untuk memicu respons imun seluler, namun masih belum lebih baik dibandingkan dengan kemampuan untuk memicu respons imun humoral