;

Abstrak


Kajian Terjemahan Tuturan Mengumpat Yang Mengemban Fungsi Pragmatik Berbasis Gender Dalam Novel Karya Heather Graham


Oleh :
Kinanthi Tiasadi - S132008006 - Fak. Ilmu Budaya

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan jenis fungsi tuturan mengumpat berdasarkan gender penutur, memetakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan tuturan mengumpat dalam novel karya Heather Graham, mengidentifikasi pergeseran fungsi pragmatik umpatan dalam dalam novel karya Heather Graham, serta menganalisis dampak teknik penerjemahan dan pergeseran fungsi terhadap kualitas penerjemahan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan pendekatan sosio-pragmatik. Lokasi pada penelitian ini adalah tiga novel karya Heather Graham yang masing-masing berjudul Ghostwalk, The Death Dealer, dan Unhallowed Ground. Data primer dalam penelitian ini yaitu; 1) data linguistik dan 2) data penerjemahan. Data linguistik berupa tuturan mengumpat yang dituturkan tokoh laki-laki dan perempuan pada novel. Data penerjemahan berupa tuturan mengumpat berbahasa Inggris sebagai bahasa sumber dan berbahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Data linguistik diperoleh dari analisis dokumen, sementara data penerjemahan didapat melalui Focus Group Discussion. Data tuturan mengumpat dan penerjemahan yang ditemukan pada novel karya Heather Graham sebanyak 157 data.

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa penutur umpatan didominasi oleh penutur laki-laki dari segi jumlah. Fungsi pragmatik yang diemban oleh tuturan mengumpat berupa cathartic, social dan abusive ditemukan pada penutur laki-laki dan perempuan. Fungsi cathartic menjadi fungsi paling dominan yang ditemukan pada kedua penutur. Pada penilitian ini terdapat 12 teknik penerjemahan yang ditemukan dalam menerjemahkan tuturan mengumpat, yaitu teknik padanan lazim, reduksi, variasi, peminjaman murni, kreasi diskursif, parafrase, delesi, eksplisitasi, literal, implisitasi, modulasi dan kompensasi. Secara garis besar teknik yang paling berpengaruh pada pergeseran dan kualitas terjemahan adalah padanan lazim, reduksi dan delesi. Teknik padanan lazim tidak menyebabkan pergeseran bentuk umpatan maupun fungsi pragmatiknya, sehingga menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan memiliki tingkat keterbacaan tinggi. Teknik reduksi, dan delesi menyebabkan pergeseran baik bentuk umpatan maupun fungsi pragmatik, sehingga mempengaruhi nilai kualitas terutama pada aspek keakuratan.

            Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah penggunaan teknik reduksi dan delesi harus dipertimbangkan kembali karena cenderung mengurangi ekspresi emosi yang dibawa oleh tuturan mengumpat. Penggunaan teknik tersebut juga mempengaruhi hasil kualitas terjemahan terutama pada aspek keakuratan. Penerjemah dapat menggunakan teknik padanan lazim untuk menerjemahkan tuturan mengumpat yang tidak mempengaruhi bentuk maupun fungsi pragmatiknya.