Madu alami memiliki banyak manfaat dan khasiat, namun adanya partikel eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas dan masa simpan madu. Upaya peningkatan kualitas madu melalui penyaringan dan pemanasan. Peternak lebah madu hanya melakukan penyaringan akibatnya madu memiliki masa simpan yang terbatas dan tidak memenuhi syarat standar madu komersil. Proses pemanasan pada madu disebut sebagai metode pasteurisasi. Madu merupakan bahan pangan yang sensitif terhadap panas, jika dipanaskan lebih dari 80°C akan berpengaruh terhadap kadar gula pereduksi, kualitas dan rasa madu. Proses thermal tidak mampu menghilangkan fungi dan spora pada kandungan madu. Proses thermal dikombinasi dengan non-thermal adalah solusi untuk inaktifasi mikroba pada madu. Proses ini bertujuan memperpanjang umur simpan, mempertahankan kualitas, rasa dan nutrisi pada madu. Dukungan teknologi non-thermal sebagai pertimbangan proses lanjutan pada madu. Penelitian ini bertujuan untuk memilih teknologi non-thermal pada mesin proses pasteurisasi untuk mempertahankan kualitas madu. Pemilihan proses non-thermal pada madu melalui tahapan MCDM dengan mengintegrasi AHP-TOPSIS. Tahap MCDM menghasilkan 17 kriteria untuk memilih teknologi non-thermal terhadap 5 alternatif terdiri dari High-Pressure Processing (HPP), Pulsed Electric Field (PEF), Pulsed Light (PL), Cold Plasma (CL), dan Ultra Sound (US). Seleksi pemilihan teknologi non-thermal dipilih teknologi PEF sebagai alternatif setelah proses thermal dengan penilaian sebesar 0,773. Hasil pemilihan ini memungkinkan kombinasi proses pasteurisasi antara thermal dan non-thermal untuk proses lanjutan dari madu.